Bulan Syawal bukan hanya merupakan kesempatan untuk mudik dan bersilaturahmi, tetapi juga merupakan waktu yang tepat untuk memulai langkah menuju kesuksesan. Di masa Jahiliyah, masyarakat Arab mempercayai mitos bahwa bulan Syawal adalah bulan yang membawa kesialan, sehingga mereka sangat menghindari melangsungkan pernikahan pada bulan ini. Mereka khawatir bahwa pernikahan yang dilakukan di bulan Syawal akan mendatangkan kesialan bagi pasangan tersebut.
Namun, mitos ini dihapus dengan kedatangan Islam melalui pernikahan Nabi Muhammad (SAW) dengan Sayyidah Aisyah yang juga berlangsung di bulan Syawal. Pernikahan tersebut justru membawa keberkahan, bukan kesialan. Sayyidah Aisyah sendiri menyatakan: “Rasulullah (SAW) menikahiku pada bulan Syawal dan mengadakan malam pertama denganku pada bulan Syawal. Lalu istri Rasulullah mana yang lebih beruntung ketimbang diriku di sisi beliau?” (HR Muslim). Pernyataan ini mengisyaratkan penolakan terhadap mitos yang berkembang di masyarakat Jahiliah bahwa bulan Syawal adalah bulan kesialan.
Oleh karena itu, bulan Syawal seharusnya tidak dianggap sebagai bulan yang membawa sial. Sebaliknya, bulan ini terbukti membawa keberkahan, tidak hanya dalam hal pernikahan, tetapi juga dalam segala aspek kebaikan. Hal ini mencakup urusan pekerjaan, bisnis, karir, dan berbagai rencana baik lainnya. Setelah kegiatan lebaran, seharusnya kita semakin bersemangat untuk merintis kesuksesan di bulan Syawal yang penuh berkah ini.
Bagi mereka yang telah merencanakan berbagai hal baik setelah lebaran, seperti rencana bisnis baru, melanjutkan pendidikan, atau bahkan menikah, tidak perlu menunggu terlalu lama. Jika rencana sudah disusun dengan baik dan perhitungan telah dilakukan secara cermat, segera lakukan eksekusi untuk mewujudkannya. Bersegera dalam melakukan kebaikan adalah sebuah sunnah yang mendatangkan berkah dan pahala, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad (SAW).