- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Kekekalan Tuhan: Sifat yang Tak Terpisahkan

Google Search Widget

Dalam kajian sifat Tuhan, kita telah membahas bahwa Tuhan memiliki sifat Qidam, yaitu ada tanpa awal mula. Sifat ini menjadi salah satu syarat mutlak bagi siapa pun yang mengklaim dirinya sebagai Tuhan. Selain itu, Tuhan juga memiliki sifat kekal, yang berarti keberadaan-Nya tidak terbatas oleh waktu. Jika ada sosok yang mengklaim sebagai Tuhan tetapi tidak kekal, maka dapat dipastikan bahwa sosok tersebut bukan Tuhan yang sebenarnya.

Keberadaan Tuhan yang pasti dan kekal dapat dipahami melalui pengamatan terhadap alam semesta. Setiap penciptaan dan perubahan yang terjadi di dalamnya tidak mungkin terjadi secara kebetulan. Semua hal yang ada di alam ini adalah hasil dari penciptaan dan pengaturan oleh Tuhan, Sang Khaliq. Dalam ilmu kalam, sifat kekekalan Tuhan dikenal dengan istilah Baqa’, yang menunjukkan bahwa Tuhan harus selalu ada dan tidak mungkin mengalami sifat Fana, yaitu ketidakberadaan.

Tuhan adalah sumber dari segala kehidupan dan peristiwa, sehingga tidak mungkin ada Tuhan yang mati atau dapat mati di masa depan. Jika Tuhan bisa mati, maka itu menunjukkan adanya kekurangan fatal yang menjadikannya tidak layak disebut Tuhan. Sifat fana adalah mustahil bagi Tuhan, yang memastikan adanya sifat kekal dalam diri-Nya.

Mungkin ada pertanyaan mengenai bagaimana sesuatu dapat kekal sementara kita menyaksikan semua hal di dunia ini fana. Jawabannya terletak pada pemahaman bahwa segala sesuatu yang kita lihat adalah makhluk yang memiliki awal mula (muhdats), sedangkan Tuhan adalah Sang Khaliq yang menciptakan dan mengatur semua yang muhdats tersebut (muhdits). Ketika semua makhluk mengalami perubahan dan akhirnya musnah, Tuhan sebagai pencipta tidak mungkin mengalami perubahan.

Sebuah analogi yang bisa digunakan adalah membandingkan alam semesta dengan siaran televisi. Tuhan adalah stasiun pemancar, sementara makhluk adalah pesawat televisi. Pesawat televisi dapat hidup dan mati, tetapi stasiun pemancar harus selalu aktif. Jika stasiun pemancar mati, maka seluruh siaran akan hilang. Dengan demikian, selama makhluk ada, itu menunjukkan bahwa Tuhan yang merawat dan menghendaki keberadaan mereka tetap ada.

Bagi orang yang beriman, sifat kekal Allah dapat ditemukan dalam Al-Qur’an, seperti dalam QS Ar-Rahman: 27 yang menyatakan, “Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” Selain itu, QS Al-Qashash: 88 juga menegaskan bahwa “Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah.”

Sifat kekal ini juga bisa dimiliki oleh makhluk, tetapi hanya dengan izin dan kehendak Tuhan. Misalnya, surga dan neraka beserta isinya adalah kekal, tetapi semua makhluk memiliki awal mula dan status kekalnya tergantung pada kehendak Sang Khaliq. Kekekalan Tuhan bersifat intrinsik, sedangkan kekekalan makhluk bersifat ekstrinsik, tergantung pada kehendak Tuhan.

Dengan demikian, meskipun ada kesamaan dalam hal kekekalan, kekekalan Tuhan dan makhluk memiliki perbedaan yang mendasar. Kekekalan Tuhan tidak mungkin berubah menjadi fana, sedangkan kekekalan makhluk dapat diubah oleh Tuhan sesuai dengan kehendak-Nya. Sebagai contoh, Iblis akan dikekalkan hingga hari kiamat, tetapi pada akhirnya akan dimatikan bersama seluruh makhluk lainnya.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

March 15

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?