Ilmu aqidah, yang juga dikenal sebagai ilmu kalam, memiliki cakupan pembahasan yang luas dan beragam paradigma. Dalam konteks ini, ulama Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) berperan penting dalam menjaga sikap moderat antara pendekatan tekstual dan rasional. Salah satu ulama Aswaja yang berkontribusi besar dalam menjaga aqidah adalah Syekh Muhammad bin Yusuf as-Sanusi. Dalam kitab Muqaddimah Sanusiyyah, Syekh Muhammad bin Yusuf as-Sanusi mengidentifikasi tujuh sumber kesesatan dalam ilmu aqidah yang perlu diwaspadai.
Pertama, kesesatan yang menyatakan penciptaan sebagai kewajiban bagi Allah. Pemikiran ini berasal dari para filsuf Yunani yang beranggapan bahwa eksistensi Tuhan hanya dapat dibuktikan melalui penciptaan alam semesta. Mereka berkeyakinan bahwa jika Tuhan tidak menciptakan alam, maka Tuhan tidak ada. Ulama Aswaja menolak pandangan ini, menegaskan bahwa Allah menciptakan alam semesta sebagai pilihan, bukan keterpaksaan, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an: “Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki” (QS Al-Qashash: 68).
Kedua, keyakinan bahwa kebaikan secara akal adalah kewajiban bagi Allah. Pemikiran ini dipengaruhi oleh ajaran Brahmana dari kebudayaan India kuno dan diteruskan oleh sekte Muktazilah. Mereka beranggapan bahwa Tuhan harus menciptakan hal-hal baik menurut akal. Ulama Aswaja menegaskan bahwa baik dan buruk ditentukan oleh syariat, bukan oleh akal semata.
Ketiga, fanatisme dalam mengikuti ajaran sesat. Pengikut aliran sesat sering kali terlalu terikat dengan ajaran yang salah tanpa mempertimbangkan argumentasi ilmiah dari ulama Aswaja. Penting bagi mereka untuk merenungkan dan menilai kembali keyakinan mereka.
Keempat, menjadikan adat kebiasaan sebagai landasan sebab-akibat. Kesesatan ini muncul dari keyakinan bahwa sebab dan akibat terjadi secara otomatis. Ulama Aswaja menegaskan bahwa segala sesuatu terjadi dengan izin Allah, bukan hanya berdasarkan kebiasaan.
Kelima, kesalahan pemikiran yang tidak sesuai dengan kebenaran. Kebenaran yang sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad (SAW) dilestarikan oleh Ahlussunnah wal Jama’ah, sementara sekte-sekte yang menyimpang umumnya berasal dari pemahaman yang salah.
Keenam, pemahaman agama yang hanya bersifat tekstual. Kesesatan ini dipelopori oleh sekte Khawarij yang menggunakan dalil tekstual untuk membenarkan tindakan mereka. Ulama Aswaja telah berulang kali mematahkan argumentasi ini.
Ketujuh, kelemahan dalam memahami dasar logika akal. Banyak kesesatan muncul dari tahayyul atau ajaran luar agama Islam. Dengan logika yang sederhana, argumentasi kesesatan dapat dipatahkan, karena Allah adalah Dzat yang tidak tersusun dari bagian-bagian seperti makhluk-Nya.
Penting bagi umat Islam untuk memahami dan menghindari tujuh sumber kesesatan ini agar aqidah tetap terjaga dan selaras dengan ajaran Islam yang benar.