- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Menyoal Terjemahan Kemenag atas Kata Istawa dalam Al-Qur’an

Google Search Widget

Pada tahun 2019, Kementerian Agama merilis edisi penyempurnaan terjemahan Al-Qur’an yang dapat diunduh secara online. Edisi ini menawarkan akurasi yang lebih baik dalam pemilihan kata untuk menerjemahkan ayat-ayat Al-Qur’an yang kompleks. Sosialisasi terjemahan baru ini dilakukan pada tahun 2020 melalui berbagai acara, termasuk webinar. Dalam salah satu webinar pada 31 Agustus 2020, dibahas mengenai Pemaknaan Ayat-ayat Mutasyabihat dari perspektif Ahlussunnah wal Jama’ah, di mana salah satu fokusnya adalah penerjemahan kata “istawa” yang masih menggunakan istilah “bersemayam”.

Terjemahan “bersemayam” menjadi problematik dalam konteks Ahlussunnah wal Jama’ah (Asy’ariyah-Maturidiyah), yang merupakan mayoritas ulama. Dalam aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah, sifat Allah tidak boleh disifati dengan istilah yang tidak memiliki dasar yang sahih. Istilah “Allah duduk” tidak ditemukan dalam dalil yang sahih, sehingga penggunaannya tidak dapat diterima. Imam Syafi’i bahkan menganggap kafir orang yang berpendapat bahwa Allah duduk di atas Arasy. Kata “jalasa” yang berarti duduk, menjadi sorotan karena menunjukkan sifat fisik yang tidak dapat disematkan kepada Allah.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “bersemayam” memiliki makna yang berkaitan dengan duduk, berkediaman, dan tersimpan, yang semuanya bertentangan dengan aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah. Jika ada makna yang bisa diterima, terjemahan itu dapat dibenarkan. Misalnya, kata “tangan” dalam konteks tertentu masih dapat diterima karena salah satu maknanya berkaitan dengan kekuasaan. Namun, semua makna dari “bersemayam” tidak dapat diterima.

Kata “istawa” dalam bahasa Arab memiliki banyak arti yang berbeda. Dalam kamus bahasa Arab, “istawa” tidak hanya berarti duduk, tetapi juga memiliki arti seperti tegak, lurus, dan menguasai. Dalam berbagai tafsir, makna “istawa” juga diinterpretasikan sebagai kiasan untuk menunjukkan bahwa Allah telah menyempurnakan penciptaan-Nya.

Terjemahan Kemenag dalam edisi baru juga menunjukkan variasi makna dari kata “istawa”. Dalam beberapa ayat, “istawa” diterjemahkan sebagai menampakkan diri, sempurna, dan tumbuh, yang semuanya lebih mudah diterima oleh berbagai kelompok Muslim. Dengan demikian, pemaknaan “istawa” yang lebih luas dan beragam dapat diterima oleh semua golongan tanpa menimbulkan kontroversi, dibandingkan dengan terjemahan “bersemayam” yang hanya akan disepakati oleh kelompok-kelompok tertentu.

Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan kembali pemilihan kata dalam terjemahan Al-Qur’an agar sesuai dengan prinsip-prinsip aqidah yang diterima secara luas di kalangan umat Islam.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 22

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?