Amal manusia akan ditimbang di akhirat dalam timbangan amal (mizan). Jika timbangan amal baiknya lebih berat, maka itu menandakan keselamatan. Sebaliknya, jika amal buruknya lebih berat, maka itu pertanda kebinasaan. Hal ini juga dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas‘ud. Meskipun hadits ini mauquf, tidak mungkin seorang sahabat menyampaikan informasi tanpa bersumber dari Rasulullah (SAW), terutama yang berkaitan dengan hal-hal gaib. Dalam riwayat tersebut, Ibnu Mas‘ud menyatakan bahwa pada hari Kiamat, manusia akan dihisab. Siapa pun yang amal baiknya lebih banyak, meskipun hanya satu amal, akan masuk surga. Sebaliknya, jika amal buruknya lebih banyak, meskipun hanya satu amal, maka ia akan masuk neraka. Ia juga melantunkan ayat yang menyatakan bahwa timbangan pada hari itu adalah kebenaran, dan barangsiapa yang berat timbangan kebaikannya, merekalah orang-orang yang beruntung, sedangkan yang ringan timbangan kebaikannya adalah orang-orang yang merugikan diri sendiri (QS Al-A‘raf [7]: 8-9).
Ibnu Mas‘ud menambahkan bahwa timbangan amal baik bisa menjadi ringan atau kalah meskipun hanya seberat biji sawi. Mereka yang imbang antara amal baik dan buruk termasuk dalam ash-habul a’raf, yang berdiri di hadapan ash-Shirath. Mereka mengetahui siapa penghuni surga dan neraka. Ketika melihat penghuni surga, mereka menyeru, “Salam keselamatan untuk kalian,” dan ketika melihat penghuni neraka, mereka berdoa agar tidak ditempatkan bersama orang-orang zalim (QS Al-A‘raf [7]: 47). Ia juga mengingatkan bahwa jika seorang hamba melakukan satu kebaikan, maka akan dicatat sepuluh kali lipat, sedangkan satu keburukan hanya dicatat satu kali lipat. Oleh karena itu, celakalah orang yang satu kali lipatnya mengalahkan sepuluh kali lipatnya.
Timbangan amal adalah timbangan yang sangat besar. Saking besarnya, jika langit dan bumi diletakkan di atasnya, niscaya akan tertimbang. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Hakim dari Salman, Rasulullah (SAW) bersabda bahwa pada hari Kiamat, timbangan amal akan diletakkan, dan jika langit dan bumi ditimbang, itu akan tertimbang. Para malaikat bertanya kepada Allah untuk siapa timbangan itu, dan Allah menjawab, “Untuk makhluk-Ku yang Aku kehendaki.” Malaikat pun mengagumi dan menyatakan bahwa mereka akan selalu menyembah-Nya dengan sebenar-benarnya.
Setiap orang tentu berharap agar timbangan amal baiknya lebih berat daripada amal buruknya. Dalam konteks ini, Rasulullah (SAW) menawarkan berbagai amalan yang dapat memperberat timbangan kebaikan, mulai dari yang terberat hingga yang teringan. Salah satu amalan terberat adalah berakhlak mulia. Rasulullah (SAW) bersabda bahwa di antara amalan yang paling berat dalam timbangan amal adalah berakhlak baik. Amalan lainnya termasuk mengucapkan kalimat thayyibah. Dalam sebuah riwayat, seorang laki-laki ditimbang amalnya dan diputuskan untuk masuk neraka. Namun, Allah memerintahkan agar tidak tergesa-gesa, karena masih ada satu amal lagi yang tersisa. Ketika satu lembaran yang berisi tulisan La ilaha illallah datang, itu menambah berat amal kebaikannya.
Amalan ringan yang berat di timbangan amal juga disebutkan oleh Rasulullah (SAW). Dua amalan yang sederhana namun sangat sedikit orang yang melakukannya adalah bertasbih sepuluh kali, membaca tahmid sepuluh kali, dan membaca takbir sepuluh kali setelah shalat. Totalnya adalah 150 kali di lisan, namun menjadi 1500 di timbangan amal.
Di samping amalan yang memperberat timbangan kebaikan, Rasulullah (SAW) juga mengingatkan tentang amalan yang dapat memberatkan timbangan keburukan, seperti perbuatan gibah. Ketika sahabat menertawakan seseorang, beliau menegur bahwa perbuatan tersebut lebih berat dalam timbangan amal buruk dibandingkan gunung Uhud.
Kita harus terus berdoa agar timbangan amal baik kita lebih berat daripada amal buruk. Pada saat yang sama, kita berharap mendapatkan pertolongan dari Penguasa alam dan syafaat dari Nabi Muhammad (SAW) di timbangan amal, jembatan ash-Shirath, dan telaga Kautsar. Ingatlah bahwa setiap amal, baik atau buruk, pasti akan terlihat. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah, niscaya ia akan melihat balasannya, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah, niscaya ia juga akan melihat balasannya (QS Az-Zalzalah [99]: 7-8).