Allah berfirman dalam Surat Al-Isra’ ayat 60: “Dan kami tidak menjadikan penglihatan yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia.” Beberapa mufasirin mengartikan “ar-ru’ya” dalam ayat ini sebagai mimpi, khususnya mimpi Rasulullah (SAW) tentang Perang Badar sebelum peristiwa tersebut terjadi. Namun, banyak mufasirin lainnya yang memahami bahwa yang dimaksud adalah penglihatan nyata yang dialami oleh Rasulullah (SAW) dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj.
Ada pula yang berpendapat bahwa Surat Al-Isra’ ayat 60 ini menunjukkan bahwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah (SAW) terjadi dalam bentuk mimpi. Pandangan ini jelas bertentangan dengan keyakinan mayoritas ulama yang menyatakan bahwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah (SAW) terjadi dengan kesadaran ruh dan jasad. Syekh Abul Hasan al-Wahidy (w. 467 H) dalam Tafsir Al-Quran Al-Aziz menyatakan bahwa ru’ya dalam ayat ini berkaitan dengan peristiwa Isra’ dan Mi’raj, yang dialami dalam keadaan terjaga.
Syekh Nawawi Banten dalam Tafsir Marah Labid juga menegaskan bahwa pada malam Mi’raj, Nabi Muhammad (SAW) melihat berbagai keajaiban bumi dan langit dengan kedua matanya. Bukti bahwa Rasulullah (SAW) melihat dengan mata kepalanya sendiri dapat dilihat dari riwayat Ibn Abbas yang diriwayatkan oleh Al Hafidz Jalaluddin as Suyuthi dalam ad-Durrul Mantsur. Ibn Abbas menyatakan bahwa itu adalah penglihatan mata yang diperlihatkan kepada Rasulullah (SAW) pada malam beliau di-isra’-kan ke Baitul Maqdis, bukan penglihatan dalam tidur.
Riwayat dari Ummi Hani’ juga menunjukkan bahwa ketika Rasulullah (SAW) mendeskripsikan Baitul Maqdis dengan tepat, ada yang menyebutnya sebagai seorang penyihir. Hal ini menyebabkan turunnya ayat tersebut yang menjelaskan bahwa ru’ya itu menjadi fitnah bagi orang-orang yang ingkar. Al-Hafidz Ibn Katsir (w. 774 H) dalam Tafsir Al-Quran Al-Karim menegaskan bahwa penglihatan tersebut adalah pemandangan nyata yang diperlihatkan kepada Rasulullah (SAW) pada malam Isra.
Banyak ulama seperti Imam Bukhari, Imam Ahmad, dan lainnya menguatkan bahwa yang dimaksud dengan “ru’ya” dalam ayat tersebut adalah penglihatan nyata, bukan mimpi. Dalam kisah Isra’ disebutkan bahwa ada segelintir orang yang murtad setelah mendengar kisah ini, karena mereka tidak mampu menerima kebenarannya. Namun, Allah menjadikan kisah ini sebagai kekuatan iman bagi sebagian manusia lainnya, sehingga disebutkan dalam firman-Nya bahwa hal itu adalah ujian bagi mereka.