- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Bukti Kerasulan Nabi Muhammad (SAW)

Google Search Widget

Banyak individu yang mengklaim sebagai utusan Tuhan, namun klaim tersebut tidak dapat diterima begitu saja, terutama yang berkaitan dengan kerasulan. Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana membuktikan bahwa Muhammad bin Abdillah dari suku Quraisy adalah seorang rasul (utusan Allah). Penjelasan mengenai hal ini memerlukan penyajian data yang komprehensif, namun dapat dirangkum dalam beberapa poin utama.

Pertama, sosok Muhammad (SAW) memenuhi standar minimal kelayakan sebagai seorang utusan, yang meliputi sifat shiddiq (kejujuran), amanah (kepercayaan), tabligh (penyampaian pesan Tuhan), dan fathanah (kecerdasan). Kedua, beliau juga memiliki karakter-karakter mulia lainnya, seperti berbudi pekerti yang baik, penyayang, sabar, bijaksana, serta akhlak yang mulia. Ia dikenal sebagai al-Amin, yang berarti ‘yang terpercaya’, dan tidak memiliki rekam jejak buruk.

Ketiga, Muhammad (SAW) mampu membuktikan klaimnya sebagai rasul melalui berbagai mukjizat. Mukjizat ini merupakan hal-hal yang tidak dapat ditiru oleh orang lain, menunjukkan bahwa beliau dibantu oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Mukjizat dibagi menjadi dua kategori:

A. Mukjizat fisikal, yang meliputi peristiwa yang melanggar hukum alam, seperti mengalirnya air bersih dari tangannya untuk ribuan orang, kemampuan melihat di belakang, mengembalikan anggota tubuh sahabat yang terluka, berbicara dengan hewan, dan membelah bulan di hadapan banyak saksi.

B. Mukjizat rasional, yang merupakan mukjizat utama dan dapat mengesankan baik orang awam maupun cendekiawan. Mukjizat ini adalah Al-Qur’an. Al-Qur’an memiliki tata bahasa yang indah, struktur yang sempurna, dan konten yang mencerahkan. Hingga kini, Al-Qur’an terus mengungkapkan hal-hal baru yang mengejutkan, seolah menjadi sumber mata air yang tak pernah kering.

Menariknya, Al-Qur’an diturunkan kepada seorang pria yang tidak bisa membaca dan menulis, tanpa guru atau koneksi akademis. Semua kritik dan keraguan terhadapnya akan runtuh di hadapan realitas ini. Al-Qur’an, yang tidak mungkin dihasilkan oleh seorang yang tidak terdidik, justru memberikan kesadaran baru kepada pendengarnya dan mengutuk hal-hal negatif.

Dengan demikian, tidak ada pilihan lain selain menerima bahwa Al-Qur’an adalah wahyu ilahi dan penerimanya adalah seorang utusan Tuhan. Wallahu a’lam.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 21

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?