Apa kewajiban pertama bagi seorang manusia? Para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah (Asy’ariyah-Maturidiyah) memiliki pandangan yang berbeda dalam menjawab pertanyaan ini. Imam Abu Hasan al-Asy’ari menyatakan bahwa kewajiban pertama yang harus dipenuhi oleh seorang manusia adalah mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini dijelaskan oleh Ibrahim al-Bajuri dalam Hasyiyah Jauharat at-Tauhîd.
Imam al-Hafidz al-Baihaqy memberikan dalil yang mendukung pendapat ini. Dalam kitabnya, beliau menyatakan bahwa hal pertama yang wajib diketahui oleh seorang hamba adalah mengenal Allah dan mengakui-Nya. Allah berfirman kepada Nabi Muhammad ﷺ: “Ketahuilah bahwasanya tiada Tuhan selain Allah” (QS. Muhammad: 19). Beliau juga berfirman kepada umatnya: “Ketahuilah bahwa Allah adalah Tuhan kalian” (QS. al-Anfal: 40). Ayat-ayat ini menegaskan bahwa mengenal dan mengetahui Allah adalah kewajiban utama.
Jawaban ini banyak diterima di kalangan ulama Asy’ariyah sepanjang sejarah. Syekh Ibnu Ruslan, dalam Nadham Zubad, menjelaskan bahwa hal pertama yang diwajibkan kepada manusia adalah mengetahui tentang Tuhan dengan keyakinan. Sementara itu, Imam Al Baqillani menekankan bahwa kewajiban pertama yang diperintahkan Allah kepada semua hamba adalah merenungkan tanda-tanda kekuasaan-Nya.
Imam al-Juwaini menambahkan bahwa sebelum proses berpikir dimulai, seseorang harus berniat untuk berpikir. Dengan kata lain, niat untuk berpikir merupakan langkah awal sebelum seseorang dapat mengenal Allah. Ketiga jawaban ini, meskipun diungkapkan dengan cara yang berbeda, pada dasarnya mengarah pada satu tujuan yang sama, yaitu pengetahuan tentang Tuhan.
Grand Syaikh al-Azhar, Syekh al-Bajuri, menjelaskan bahwa pengetahuan tentang Allah adalah dasar dari segala kewajiban lain bagi seorang Muslim. Tanpa pengetahuan ini, tidak ada kewajiban atau sunnah yang dapat dianggap sah. Ibadah akan menjadi sia-sia jika seseorang tidak meyakini keberadaan Allah dan sifat-sifat-Nya.
Poin utama dari kewajiban pertama ini adalah meneguhkan makna syahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah. Tanpa pengetahuan dan keyakinan tentang keberadaan Allah, seseorang tidak mungkin dapat bersyahadat. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa mengetahui dan berpikir tentang Allah adalah kunci dari syahadat, bukan sebaliknya. Wallahu a’lam.