- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Kesyirikan di Masa Jahiliyah dan Pemahaman Tauhid

Google Search Widget

Beberapa tokoh yang mengklaim sebagai pendaku Salafi berpendapat bahwa kaum musyrikin pada masa jahiliyah sebenarnya bertauhid saat mengalami kesusahan, dan mereka kembali kepada syirik saat berada dalam keadaan senang. Misalnya, Syekh Muhammad Taqiyuddin al-Hilali menyatakan bahwa kaum musyrikin awal hanya menyeru Allah saat tertimpa kesusahan, sementara ketika keadaan menjadi baik, mereka kembali menyekutukan Allah.

Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Syekh Muhammad bin Abdil Wahhab yang menegaskan bahwa kesyirikan orang-orang pada masa sekarang lebih parah dibandingkan dengan kesyirikan orang jahiliyah. Mereka tidak hanya menyekutukan Allah saat senang, tetapi juga saat susah. Namun, analisis ini tampak kurang tepat dan tidak sepenuhnya akurat.

Beberapa ayat Al-Qur’an, seperti dalam Surah Al-Isra’ dan Al-Ankabut, menunjukkan bahwa orang-orang musyrik hanya berdoa kepada Allah saat terdesak, tetapi tidak menyatakan bahwa mereka bertauhid. Sebaliknya, mereka tetap meyakini berhala sebagai sesembahan yang layak saat keadaan tidak terlalu genting. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun mereka berdoa kepada Allah dalam kesusahan, mereka tetap menyimpan keyakinan pada berhala-berhala mereka.

Imam al-Qurthubi menjelaskan bahwa para musyrikin meyakini bahwa berhala tidak dapat berbuat apa-apa dalam situasi sulit, namun mereka masih percaya bahwa berhala tersebut layak disembah dalam keadaan biasa. Dengan demikian, hakikat kesyirikan terletak pada keyakinan bahwa ada sesembahan lain selain Allah.

Dalam perspektif Ahlussunnah wal Jama’ah, seseorang dianggap bertauhid jika ia meyakini bahwa Allah tidak memiliki sekutu dalam segala hal. Keyakinan ini mengharuskan seseorang untuk mengesampingkan segala bentuk penyembahan kepada selain Allah. Meskipun seseorang berdoa di tempat yang dianggap tidak layak, jika dalam hatinya ia yakin bahwa hanya Allah yang berhak disembah, maka ia tetap dianggap bertauhid.

Kesimpulan bahwa orang musyrik jahiliyah bertauhid adalah pandangan yang keliru. Al-Qur’an menyatakan bahwa mereka baru akan bertauhid ketika melihat azab Allah pada hari kiamat, dan saat itu keimanan mereka tidak lagi bermanfaat. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa kesyirikan tidak hanya terletak pada tindakan, tetapi juga pada keyakinan yang ada di dalam hati.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 22

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?