- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Benarkah Nabi Isa (AS) Sudah Wafat?

Google Search Widget

Aqidah kaum Muslimin yang diajarkan oleh Allah dalam Al-Qur’an menyatakan bahwa Nabi Isa (AS) masih hidup dan belum meninggal dunia. Allah menceritakan makar orang Yahudi dan bantahan terhadap anggapan-anggapan mereka dalam firman-Nya: “Karena ucapan mereka (orang Yahudi): ‘Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah’, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.” (QS. An-Nisa: 157).

Dalam ayat berikutnya, Allah berfirman: “Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. An Nisa: 158). Imam Ibn ‘Athiyyah menjelaskan bahwa umat Islam sepakat bahwa Nabi Isa (AS) berada di langit dan masih hidup. Dia akan turun di akhir zaman, membunuh babi, mematahkan salib, membunuh Dajjal, memenuhi bumi dengan keadilan, dan agama Muhammad (SAW) akan menjadi pemenang.

Makna dari kalimat “Allah mewafatkanmu” perlu dipahami secara mendalam. Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, sehingga penafsiran harus merujuk pada pemahaman bahasa Arab. Ayat yang dimaksud adalah firman Allah: “(Ingatlah), ketika Allah berfirman: ‘Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepadaKu.'” (QS. Ali Imran: 55). Kata “يتوفى” memiliki beragam arti, termasuk mewafatkan, tetapi tidak selalu berarti lepasnya nyawa. Orang yang tidur atau pingsan juga dapat dianggap “wafat”.

Imam Al-Hasan al-Bashri menyatakan bahwa dalam Al-Qur’an, wafat memiliki tiga makna: wafat dalam arti mati, wafat dalam arti tidur, dan wafat dalam arti diangkat. Dalam hal ini, kata “mutawaffiika” (مُتَوَفِّيكَ) dapat diartikan sebagai diangkat dalam kondisi sempurna, tanpa dampak buruk dari usaha orang Yahudi.

Pendapat ini juga didukung oleh Ibn Al Jauzi, yang menjelaskan bahwa “mutawaffiika” bukan berarti “mematikan”. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi Isa (AS) diangkat dalam keadaan utuh dan tidak terpengaruh oleh usaha orang-orang yang ingin membunuhnya. Dalam Tafsir Ibn Katsir, Imam Al-Hasan al-Bashri menegaskan bahwa Nabi Muhammad (SAW) bersabda bahwa Nabi Isa (AS) belum wafat dan akan kembali sebelum hari kiamat.

Sebagai penutup, klaim dari orang Nasrani, Yahudi, atau orang liberal yang mempertanyakan keberadaan Nabi Isa (AS) dalam Al-Qur’an adalah karena ketidakpahaman mereka terhadap firman Allah. Mereka berbicara di luar kapasitasnya, dan seharusnya lebih baik jika mereka memilih untuk diam.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

March 15

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?