Konsep Nur Muhammad merujuk kepada makhluk pertama yang diciptakan oleh Allah sebelum segala sesuatu. Dalam kitab Qashidah Barzanji yang ditulis oleh As-Sayyid Ja‘far, istilah ini sering dibaca oleh umat Muslim saat peringatan Maulid. Qashidah tersebut mengandung ungkapan shalawat kepada cahaya yang bersifat terdahulu dan awal. Namun, konsep ini sering menimbulkan polemik di kalangan umat Islam. Beberapa orang menolak konsep ini karena dianggap bertentangan dengan penciptaan manusia dalam Al-Qur’an atau terpengaruh oleh doktrin tertentu dalam Islam, seperti Syiah. Selain itu, ada pula yang menolak karena dianggap membuka jalan bagi paham wahdatul wujud yang berlebihan.
Syekh Muhammad Nawawi Banten, seorang ulama Nusantara yang diakui keilmuannya, memberikan penjelasan mengenai konsep Nur Muhammad dari sudut pandang aqidah Ahlusunnah wal Jamaah. Menurutnya, konsep ini tidak rumit dan tidak menyimpang dari ajaran Islam yang benar. Nur Muhammad bukanlah qadim seperti sifat Allah, melainkan makhluk pertama yang diciptakan oleh Allah. Dalam konteks ini, ungkapan shalawat yang terdapat dalam Qashidah Barzanji mengandung makna memohon rahmat dan salam dari Allah kepada Nur Muhammad.
Syekh Nawawi juga merujuk pada hadits yang diriwayatkan oleh Jabir, di mana Rasulullah SAW menjelaskan bahwa Allah menciptakan nur Nabi Muhammad SAW sebelum segala sesuatu yang lain. Hadits ini menegaskan bahwa nur tersebut adalah substansi yang ada sebelum penciptaan lainnya. Selain itu, ada juga hadits yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW telah diangkat sebagai nabi saat Adam AS berada di antara roh dan jasad.
Perbedaan pandangan mengenai konsep Nur Muhammad sering kali disertai dengan penilaian subjektif yang dapat memicu perdebatan. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk saling menghargai perbedaan tafsir dan tidak memaksakan pandangan masing-masing, demi menjaga keharmonisan dalam beragama. Wallahu a‘lam.