Sejak lama, para ateis atau pengingkar keberadaan Tuhan berusaha menimbulkan keraguan di kalangan orang beriman dengan menyajikan pertanyaan-pertanyaan yang tampaknya sulit dijawab. Mereka meminta bukti keberadaan Tuhan dan meminta penjelasan tentang wujud-Nya, dengan tujuan untuk membuat orang yang ditanya merasa bingung. Meskipun demikian, banyak dari pertanyaan tersebut sebenarnya dapat dijawab dengan mudah. Bukti akan keberadaan Tuhan dapat ditemukan dalam keajaiban alam semesta yang kompleks, yang mustahil ada tanpa perancangan yang bijaksana. Ketidakmampuan manusia untuk melihat Tuhan tidak dapat dijadikan alasan untuk menyimpulkan bahwa Tuhan tidak ada, karena banyak hal yang jelas ada meskipun tidak dapat dilihat.
Salah satu pertanyaan yang sering diajukan adalah Trilemma Epicurus, yang terdiri dari tiga pertanyaan dilematis yang dirancang untuk memojokkan orang beriman. Pertanyaannya adalah:
- Apakah Tuhan mau, tetapi tidak mampu melenyapkan kejahatan? Jika ya, berarti Dia tidak Maha-Kuasa.
- Apakah Tuhan mampu, tetapi tidak mau melenyapkan kejahatan? Jika ya, berarti Dia tidak Maha-Pengasih.
- Jika Tuhan mampu dan mau melenyapkan kejahatan, mengapa masih ada kejahatan sampai sekarang?
Pertanyaan-pertanyaan ini muncul karena kurangnya pemahaman tentang sifat-sifat kesempurnaan Tuhan. Dengan memahami sifat Kemahakuasaan (Qudrah) dan Kehendak Bebas (Irâdah) Allah, jawabannya menjadi lebih jelas.
Tuhan memiliki kekuasaan yang tidak terbatas dan memiliki kehendak yang bebas. Jika Tuhan masih memiliki batasan dalam kekuasaan-Nya atau harus berkompromi dengan pihak lain, maka sosok tersebut bukanlah Tuhan yang sejati. Dalam konteks Trilemma Epicurus, jawabannya adalah sebagai berikut:
- Tuhan sangat mampu melenyapkan kejahatan, namun Dia membiarkannya ada untuk tujuan tertentu. Kejahatan dan segala musibah adalah bagian dari ciptaan Tuhan itu sendiri.
- Kehendak Tuhan tidak dapat diatur oleh manusia. Tuhan bebas untuk mengasihi atau menghukum siapa pun sesuai kehendak-Nya. Sifat Pengasih bukanlah sifat yang wajib bagi Tuhan.
- Jika Tuhan memilih untuk tidak melenyapkan kejahatan, itu adalah hak prerogatif-Nya sebagai Tuhan. Manusia tidak berhak mengatur keputusan Tuhan.
Akhirnya, pertanyaan tentang ketidakmampuan Tuhan untuk melenyapkan kejahatan tidak relevan, karena status ketuhanan tidak bergantung pada adanya kejahatan. Tuhan bebas menciptakan baik kejahatan maupun kebaikan, dan meskipun demikian, Dia tetap Tuhan. Wallahu a’lam.