Dalam ajaran Islam, konsep “qadha” dan “qadar” memiliki makna yang sangat penting dan merupakan bagian dari rukun iman. Meskipun kedua istilah ini sering digunakan secara bergantian, para ulama tauhid memiliki penjelasan yang mendalam dan berbeda mengenai keduanya.
Kelompok Asyariyyah mendefinisikan qadha sebagai kehendak Allah atas sesuatu yang telah ditentukan di alam azali, sedangkan qadar adalah realisasi atau penciptaan Allah atas qadha tersebut sesuai dengan kehendak-Nya. Misalnya, qadha dapat diartikan sebagai keputusan Allah bahwa seseorang akan menjadi seorang ulama, sedangkan qadar adalah proses penciptaan ilmu dalam diri orang tersebut setelah ia diciptakan.
Di sisi lain, kelompok Maturidiyyah memahami qadha sebagai penciptaan Allah yang disertai dengan penyempurnaan sesuai dengan ilmu-Nya. Dalam pandangan ini, qadha merupakan batasan yang ditetapkan Allah pada azali untuk setiap makhluk, mencakup sifat-sifat baik dan buruk, serta manfaat dan mudarat.
Perbedaan pandangan antara Asyariyyah dan Maturidiyyah mencakup pemahaman tentang sifat qadim (lama) dan hadits (baru) dari qadha dan qadar. Asyariyyah menganggap qadha sebagai qadim, sedangkan qadar sebagai hadits, sementara Maturidiyyah memiliki pandangan yang berbeda terkait dengan waktu dan sifat keduanya.
Penting untuk diingat bahwa qadha merupakan hal yang ghaib, dan dalam tradisi Ahlussunnah wal Jamaah, keyakinan terhadap qadha dan qadar tidak boleh mengarah pada sikap pasif. Sebaliknya, ajaran ini mendorong umat untuk berikhtiar dan memaksimalkan potensi yang telah dianugerahkan oleh Allah, sambil tetap bergantung pada pertolongan-Nya.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang qadha dan qadar, diharapkan kita dapat menjalani hidup dengan lebih bijak dan penuh kesadaran akan kehendak Allah.