- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Keyakinan Ahlusunnah Wal Jama’ah Terhadap Dzat Allah

Google Search Widget

Dalam diskursus mengenai aqidah, sering kali muncul misinformasi yang disebarkan oleh kalangan kritikus, terutama dari pengikut manhaj Salafi modern, yang menuduh bahwa Asy’ariyah berkeyakinan bahwa Allah (SWT) ada di mana-mana. Tuduhan ini sering kali dilontarkan dalam dialog-dialog aqidah, di mana para kritikus menyitir berbagai pernyataan ulama yang menolak gagasan tersebut. Namun, benarkah Asy’ariyah memiliki keyakinan demikian?

Salah satu penyebab munculnya anggapan ini adalah kurangnya pemahaman yang mendalam mengenai manhaj aqidah Asy’ariyah. Para ulama Asy’ariyah tidak pernah menyatakan bahwa Allah (SWT) ada di mana-mana, karena hal ini bertentangan dengan aqidah mereka. Dalam keyakinan Ahlusunnah wal Jama’ah yang diperjuangkan oleh Asy’ariyah, Allah (SWT) bukanlah jism dan terlepas dari segala sifat jismiyah. Oleh karena itu, menyatakan bahwa Allah berada di atas, di bawah, di depan, di belakang, di samping, atau di mana-mana adalah sifat khas jism yang sepenuhnya ditolak oleh para ulama Asy’ariyah.

Pernyataan bahwa Allah (SWT) ada di mana-mana sebenarnya berasal dari golongan Jahmiyah, yang dipimpin oleh Ja’d bin Dirham, yang mengklaim bahwa Allah berada di setiap tempat dengan Dzat-Nya. Ini adalah pandangan yang sangat ditolak oleh Ahlusunnah wal Jama’ah. Sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Abdil Barr, Allah (SWT) berada di langit di atas Arasy, di atas tujuh lapis langit, dan ini merupakan argumen ulama Ahlusunnah untuk melawan ajaran Muktazilah dan Jahmiyah yang mengklaim bahwa Allah ada di mana-mana.

Asy’ariyah dan Maturidiyah, sebagai representasi Ahlusunnah wal Jama’ah, sepakat bahwa Allah (SWT) bersifat istiwâ’ di atas Arasy, dan tidak ada satu pun dari mereka yang menolak sifat ini. Sejarah mencatat bahwa mereka adalah rival terkuat bagi Muktazilah yang akhirnya berhasil memusnahkan ajaran Muktazilah yang sebelumnya merupakan ajaran resmi di masa dinasti Abbasiyah.

Ironisnya, di zaman modern ini, sebagian masyarakat masih menganggap Asy’ariyah-Maturidiyah sebagai kelompok yang sejalan dengan Jahmiyah atau Muktazilah. Padahal, faktanya, mereka adalah yang terdepan dalam melawan keyakinan tersebut. Kitab-kitab Asy’ariyah secara konsisten menempatkan Jahmiyah dan Muktazilah dalam kategori aliran menyimpang.

Sayangnya, banyak orang saat ini tidak mempelajari aqidah Asy’ariyah dari sumber resmi, melainkan hanya mendengar dari pandangan yang anti-Asy’ariyah, yang sering kali dipenuhi dengan misinformasi. Hal ini menyebabkan kesalahpahaman mengenai keyakinan yang sebenarnya. Wallahu a’lam.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 21

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?