Umat Islam diwajibkan untuk meyakini keberadaan alam kubur atau alam barzakh. Kepercayaan ini mencakup keyakinan terhadap pertanyaan yang diajukan oleh malaikat Munkar dan Nakir, serta adanya siksa atau nikmat di alam kubur. Namun, bagaimana kita dapat memahami fenomena ini, mengingat mereka yang telah meninggal tidak lagi memiliki kesadaran dan perasaan?

Mayoritas ulama berpendapat bahwa Allah, dengan kuasanya, mengembalikan roh seseorang ke dalam jasad jenazah di alam kubur. Dengan cara ini, ahli kubur mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh malaikat Munkar dan Nakir. Di sisi lain, Syekh Ibnu Hajar menyatakan bahwa Allah hanya menghidupkan kembali setengah bagian atas jasad ahli kubur, sehingga mereka memiliki kesadaran yang cukup untuk memahami dan menjawab pertanyaan dari kedua malaikat tersebut.

Ulama Ahlussunnah wal Jamaah memahami bahwa ketika ahli kubur ditanya oleh malaikat, mereka berada dalam keadaan hidup dengan jasad dan roh. Namun, kehidupan ini tidak sepenuhnya sama dengan kehidupan di dunia, di mana mereka dapat bergerak aktif. Ahli kubur menjalani kehidupan yang mirip dengan keadaan orang yang sedang tidur.

Allah mengembalikan fungsi pancaindra, akal, dan kesadaran ahli kubur di alam barzakh. Dengan pemulihan ini, ahli kubur dapat menangkap dan memahami pertanyaan yang diajukan oleh malaikat Munkar dan Nakir, serta memberikan jawaban yang sesuai. Hal ini ditegaskan oleh Al-Baijuri, yang menyatakan bahwa pancaindra, akal, dan kesadaran dikembalikan kepada ahli kubur sesuai dengan kemampuan mereka untuk memahami dan menjawab pertanyaan.

Pandangan-pandangan ini merupakan usaha dari kelompok Ahlussunnah wal Jamaah dalam memahami keimanan terkait alam barzakh yang ghaib. Semua kejadian di alam barzakh ini berdasarkan pada kuasa Allah terhadap hal-hal yang mungkin terjadi menurut hukum akal. Wallahu a‘lam.