Abu Thalib adalah paman yang sangat mencintai Rasulullah (SAW). Sejak kecil, ia mengawal pertumbuhan fisik Rasulullah (SAW) dan melindungi dakwah Islam yang disebarkan oleh beliau. Namun, meskipun Abu Thalib mengakui kenabian Rasulullah (SAW) melalui syairnya, ia enggan mengucapkan dua kalimat syahadat di akhir hayatnya. Keengganan ini bukanlah tanda keingkaran, melainkan lebih kepada situasi yang kompleks terkait keimanan dan keyakinannya.
Ulama kemudian menetapkan bahwa Abu Thalib termasuk dalam kategori orang yang kufur, berdasarkan hadits yang menyebutkan bahwa ia akan menerima siksa neraka yang paling ringan. Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah (SAW) menyatakan bahwa Abu Thalib adalah penduduk neraka dengan siksaan paling ringan, di mana ia akan mengenakan dua sandal yang mendidihkan otaknya.
Namun, terdapat pandangan berbeda di kalangan ulama mengenai status keimanan Abu Thalib. Sebagian ulama berpendapat bahwa Abu Thalib adalah orang yang beriman karena Allah (SWT) memuliakannya berkat cintanya kepada Rasulullah (SAW). Dalam pandangan ini, ada keyakinan bahwa setelah wafat, Abu Thalib dihidupkan kembali oleh Allah (SWT) dan mengucapkan dua kalimat syahadat, sebagaimana dinyatakan oleh Syekh Abdul Wahhab As-Sya’rani dan As-Subki.
Pandangan ini didasarkan pada kemungkinan kuasa Allah (SWT) yang tidak terbatas, dan memberikan tempat bagi umat Islam untuk menghormati mereka yang telah berjuang untuk Rasulullah (SAW). Meski terdapat perbedaan pendapat, para ulama sepakat bahwa Abu Thalib akan menerima syafaat dari Rasulullah (SAW). Syekh Al-Baijuri menegaskan bahwa syafaat ini mencakup meringankan siksa bagi Abu Thalib, meskipun ada pendapat yang menyatakan bahwa ia tidak dihidupkan kembali untuk beriman.
Dalam konteks ini, penting untuk memahami bahwa ayat dalam Surat Ali Imran yang menyatakan bahwa siksa orang kafir tidak akan diringankan tidak menafikan adanya syafaat Rasulullah (SAW). Penjelasan dari Syekh Ibrahim Al-Baijuri menunjukkan bahwa yang dinafikan adalah siksa kekufuran, sedangkan ada kemungkinan untuk meringankan siksaan atas dosa lainnya.
Dengan demikian, semoga kita semua dijauhkan dari kekufuran dan kemusyrikan, serta dimasukkan dalam golongan yang mencintai Rasulullah (SAW) dan mendapatkan syafaatnya. Kita berharap agar Allah (SWT) senantiasa melindungi kita dan keluarga dari segala bentuk kesesatan.