- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Keberadaan Allah Tanpa Tempat

Google Search Widget

Dalam pemahaman Ahlussunnah wal Jamaah (Asy’ariyah-Maturidiyah), terdapat dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Hadits yang menunjukkan bahwa Allah (SWT) ada tanpa bertempat. Salah satu dalil utama adalah sabda Nabi Muhammad (SAW): “Allah sudah ada dan tak ada apa pun selain Dia.” (HR. Bukhari). Hadits ini menegaskan bahwa Allah telah ada sebelum segala sesuatu diciptakan, dan pertanyaan mengenai di mana Allah saat itu tidak relevan, karena tempat itu sendiri belum ada.

Dalil selanjutnya diambil dari firman Allah (SWT): “Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Nampak dan Yang Samar.” (QS. Al-Hadid: 3). Dalam tafsirnya, Nabi Muhammad (SAW) menjelaskan bahwa tidak ada yang ada di atas atau di bawah Allah. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan Allah yang tidak bertempat berlangsung selamanya, bukan hanya sebelum penciptaan.

Ayat lain yang mendukung pemahaman ini adalah: “Tak ada sesuatu pun yang serupa sedikit pun dengan-Nya.” (QS. As-Syura: 11). Semua yang ada di alam materi memiliki dimensi dan ruang, sedangkan Allah tidak terikat oleh hal tersebut. Jika Allah bertempat, maka itu berarti ada dua hal yang qadîm, yaitu Allah dan ruang, yang bertentangan dengan keesaan-Nya.

Selain itu, Allah juga digambarkan sebagai “Allah yang Maha Dibutuhkan” (QS. Al-Ikhlas: 2) dan “Sesungguhnya Allah Maha-tak butuh pada apa pun selain Diri-Nya.” (QS. Ali Imran: 97). Ini menunjukkan bahwa Allah tidak memerlukan ruang atau waktu, yang merupakan ciptaan-Nya.

Pengungkapan tentang keberadaan Allah dalam Al-Qur’an dan Hadits seringkali berbeda-beda, kadang seolah di atas langit, kadang di bumi, atau bahkan lebih dekat dari urat leher manusia. Namun, semua ungkapan tersebut seharusnya dipahami sebagai kiasan untuk menunjukkan keagungan dan pengawasan Allah, bukan sebagai lokasi fisik.

Syekh Ibnu Abdil Barr menegaskan bahwa dalam hadits yang menyebutkan Allah berada di depan orang shalat, terdapat argumen bagi mereka yang beranggapan bahwa Allah berada di atas Arasy. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman tentang lokasi Allah secara fisik adalah tidak tepat dan bertentangan dengan dalil yang ada.

Dengan demikian, dalil-dalil naqli dari Al-Qur’an dan Hadits ini memberikan bukti bahwa Allah ada tanpa tempat, dan pernyataan yang bertentangan dengan dalil tersebut tidak dapat diterima. Selain itu, pemahaman rasional juga mendukung kesimpulan bahwa Allah (SWT) tidak terikat oleh ruang dan waktu. Wallahu a’lam.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 22

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?