- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Menggali Teologi Asy’ariyah: Antara Rasionalitas dan Tekstualitas

Google Search Widget

Teologi Ahlussunnah wal Jama’ah yang diwakili oleh Asy’ariyah dan Maturidiyah dikenal dengan pendekatan rasionalnya dalam membahas persoalan aqidah. Mereka menyusun argumen-argumen logis secara sistematis, sehingga menghasilkan kesimpulan yang sulit dibantah secara rasional. Namun, hal ini sering disalahartikan oleh sebagian orang yang menganggap bahwa Asy’ariyah hanya berlandaskan akal, bukan pada teks dari Allah atau Rasulullah (SAW).

Salah satu contoh nyata adalah penolakan tegas para teolog Ahlussunnah terhadap makna fisikal Dzat Allah. Mereka berpendapat bahwa Allah tidak mungkin berupa jism (entitas fisik yang terdiri dari materi) karena semua jism adalah setara dalam hakikat, hanya berbeda dalam bentuk dan karakter. Selain itu, jism pasti memiliki bentuk dan ukuran tertentu yang menempati ruang tertentu. Jika hal ini diterapkan pada Tuhan, maka akan ada entitas lain yang merancang atau mengubah-Nya menjadi bentuk terakhir-Nya sebagai Tuhan. Kesimpulan ini jelas tidak mungkin, karena hal tersebut merupakan karakteristik makhluk. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Allah pastilah bukan jism, sehingga semua makna teks ayat atau hadits yang mengarah pada jism tidak boleh dipahami secara literal.

Argumen tersebut, jika dilihat oleh pembaca pemula, mungkin akan memberikan kesan bahwa teolog Ahlussunnah (Asy’ariyah-Maturidiyah) tidak mengikuti teks, melainkan hanya berpegang pada rasionalitas. Namun, kenyataannya adalah sebaliknya. Argumen rasional yang diajukan justru bertujuan untuk meneguhkan teks ayat atau hadits yang muhkam, yang menjadi rujukan dalam aqidah. Beberapa teks tersebut antara lain:

  1. لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (QS. As-Syurâ: 11) – “Tiada satupun yang serupa dalam hal apapun dengan Allah. Dia Maha Mendengar dan Melihat.”
  2. هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا (QS. Maryam: 65) – “Apakah kamu tahu ada yang sama dengan-Nya?”
  3. وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (QS. Al-Ikhlâs: 4) – “Tak ada yang setara dengan-Nya satu pun.”

Seluruh jism pasti memiliki keserupaan dan kesamaan. Meskipun ada perbedaan struktur antara makhluk, tetap saja ada kesetaraan sebagai susunan materi yang memiliki volume. Dalam konteks ini, argumen rasional untuk menolak makna jismiyah sebenarnya adalah untuk membela teks ayat-ayat yang menyucikan Allah (tanzîh). Dengan kata lain, mereka sangat tekstual dalam menyusun argumen rasional untuk membela kebenaran teks yang disepakati.

Metode dan kesimpulan serupa juga dilakukan oleh ulama salaf sebelum lahirnya manhaj teologi Asy’ariyah. Imam Ahmad bin Hanbal, misalnya, menegaskan bahwa istilah-istilah tersebut diambil dari syariat dan bahasa, dan Allah berbeda dari semua itu, sehingga tidak boleh disebut sebagai jism.

Prinsip teologi Ahlussunnah wal Jama’ah adalah menetapkan seluruh sifat yang disebutkan dalam al-Qur’an dan hadits sahih. Namun, bila terdapat teks sifat Tuhan yang bertentangan dengan ayat-ayat muhkam, teks tersebut tetap diakui keberadaannya tetapi tidak boleh dipahami secara literal agar tidak terjadi kontradiksi. Teks yang tidak boleh dipahami secara literal dapat dibaca ulang tanpa membahas mendalam hakikat maknanya atau maknanya dapat dialihkan ke makna yang layak bagi Allah.

Dalam konteks ini, Imam Abu Hasan al-Asy’ari mengajukan pertanyaan provokatif mengenai sikap Ahlussunnah jika terdapat teks yang menyatakan bahwa Allah adalah jism. Jawaban dari Imam Asy’ari menunjukkan bahwa jika teks tersebut sesuai dengan sifat yang layak bagi Allah, maka itu tidak diingkari, tetapi tidak dalam makna bahwa Allah adalah entitas fisik.

Dengan demikian, walaupun ada ayat atau hadits yang menyatakan bahwa Allah adalah jism, Imam Asy’ari akan menetapkannya dengan makna yang disesuaikan agar tidak bertentangan dengan ayat-ayat muhkam. Ini menunjukkan bahwa teologi Asy’ariyah adalah teologi yang sangat tekstual, meskipun tekstualitas tersebut dipertahankan dengan argumen rasional dalam diskusi dengan aliran-aliran yang menyimpang. Ini menjadi nilai tambah yang jarang dimiliki oleh golongan lainnya.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 21

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?