- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Kehidupan dan Ajaran Mawlana Syekh Hisyam

3 months ago

4 min read

Syekh Muhammad Hisham Kabbani dilahirkan di Beirut, Lebanon pada tanggal 28 Januari 1945/14 Shafar 1364 dari pasangan al-Hājj Muhammad Salim al-Qabbānī al-Husayni dan al-Häja Yusrā Utsmān al-‘Alayli al-Hasaniyya. Seperti Mawlana Syekh Nazim ق, Syekh Hisyam adalah keturunan Nabi ﷺ, dari jalur Hasanī dan Husainī serta dari kedua orang tuanya. Silsilah keluarganya yang bermartabat terkenal dan terdokumentasi dengan baik di Lebanon dan Suriah. Silsilahnya ada pada keturunan ulama muqri’ dan munsyid Damaskus Syekh Muhammad Arabī al-Qabbānī al-Azharī sebagaimana beliau sendiri yang memberitahu penulis sebelum beliau wafat, semoga Allah merahmatinya. Keluarga Qabbani di Timur Tengah juga didokumentasikan dalam Mu`jam al-Usar al-Dimashgiyya, kamus besar keluarga Damaskus yang ditulis oleh rektor Institut Abu al-Nur di sana, Sayyid Muhammad al-Şawwāf.

Syekh Hisyam bertemu dengan Mawlana Syekh Nazim ق dan gurunya yang diberkahi dan terhormat, Grandsyekh kita, Sultān al-Awliyā Mawlana Syekh ‘Abd Alläh Fa’iz al-Dāghistānī ق (Allah menyucikan jiwa mereka) di Damaskus pada tahun 1958 ketika beliau berusia 13 tahun dan Mawlana Syekh Nazim berusia 36 tahun. Pada saat itu Mawlana Syekh Nazim ق telah bersama Grandsyekh selama 16 tahun. Syekh Hisyam sebagai seorang Muslim yang bertanggung jawab secara hukum (mukallaf) mendampingi Grandsyekh selama 15 tahun dan telah mendampingi Mawlana Syekh Nazim ق selama lebih dari 55 tahun; setelah wafatnya Mawlana Syekh Husain Ifrinī ق, dengan demikian Syekh Hisyam merupakan penghubung sejarah tertua dan paling tinggi jangkauannya dengan Mawlana Syekh Nazim ق dan dengan Grandsyekh Sultan al-Awliya ق dengan wasiyya dari beliau di muka bumi saat ini. Waşiyya Grandsyekh terdiri dari perintah bahwa, “Setiap kali orang berkumpul dan Hisyam hadir, maka biarlah beliau selalu menjadi Imam.” Hal ini disaksikan oleh Mawlana Syekh Nazim ق, Syekh Adnan Kabbani ق (adik Syekh Hisyam yang wafat pada 2018) dan lain-lain.

Jadi kedudukan Syekh Hisyam dan Syekh Adnan dalam kaitannya dengan Grandsyekh ق adalah sebagai Sahabat, dan dalam kaitannya dengan Mawlana Syekh Nazim ق adalah sebagai Sahabat senior – wazir pertama, Awwalūn al-Sābiqün; sedangkan kedudukan orang-orang lainnya sehubungan dengan Grandsyekh ق adalah sebagai Sahabat junior (seperti murid biasa, pengunjung, pelayan atau kerabat) atau Penerus, dan sehubungan dengan Mawlana Syekh Nazim ق yaitu sebagai Sahabat atau Sahabat junior; begitu seterusnya sampai Hari Kiamat. Cukuplah Nabi Muhammad ﷺ bersabda: “Barang siapa yang tidak mengetahui hak orang yang lebih tua dari kami, maka ia bukanlah salah satu dari kami!”

Selain silsilah kenabian yang telah disebutkan, Syekh Hisyam berasal dari salah satu keluarga besar Sunni di Beirut. Paman dari pihak ibu, Syekh Ahmad Mukhtār Utsmān ‘Alaylī (1316-1404/1899- 1984) memimpin Dar al-Fatwa di Lebanon selama 22 tahun (1962-1984) dan merupakan salah satu ahli hukum Syafi’i terbesar di Syam, sedangkan dari paman lainnya Syekh ‘Abd Alläh ‘Alaylī adalah seorang tokoh intelektual terkemuka di dunia Arab. Ayah Syekh Hisham, Hajji Muhammad Salim, adalah salah satu pemilik tanah besar dan pedagang kain terpenting di Timur Tengah dan karena rumahnya lebih besar daripada rumah Syekh Mukhtär, beliau sering menggunakannya untuk menerima tamu terkemuka di Dar al-Fatwa. Di sinilah Syekh Hisyam sempat duduk di kaki para tokoh penting dari Lebanon dan Suriah seperti yang telah disebutkan, termasuk Ketua Räbițat al-‘Ulamā’ Syekh Abü al-Khayr al-Maydānī (wafat 1380/1960), penerusnya Sayyid Makkī al-Kattänī (13 12-1393/1 895-1973), Syekh Ibrähīm al-Ghaläyīni al-Naqshbandī (1300-1378/1 883-1959) yang oleh Grandsyekh dijuluki orang yang ikhlas” (Ibrãhim al-mukhlis), serta Syekh Muhammad Şalih Farfür (1318-1407/1900-1987).

Yang paling penting, Mawlana Syekh Nazim ق mengungkapkan bahwa Grandsyekh ق telah menyebut Syekh Hisyam sebagai “Pertolongan Allah” (Madad al-Haqq) dan “Bukti yang Dipersembahkan dari Allah” (Hujat Allãh al-Mukhlis) di antara gelar-gelar spiritual lainnya. Pada bulan Jumáda 1431 (Mei 2010 ) Mawlana Syekh Nazim ق sendiri menyebut Syekh Hisham sebagai Qutb al-Mutasharrif, Orang Suci Agung yang bertanggung jawab atas takdir.

Syekh Hisham kemudian belajar kedokteran di Universitas Louvain (Belgia), setelah itu beliau pindah ke Jeddah dan bekerja bersama saudaranya dokter Dr. Mahmud Kabbani (w. 2018) dalam mengelola rumah sakit di sana. Di rumah sakit yang sama Syekh Hisham kadang-kadang bekerja dengan tamu yang terkenal seperti Dr. Sämer al-Nass, Syekh Rasht Qabbänī sang Mufti Lebanon, dan Badr al-Din Ahmad Hassün sang Mufti Suriah. Di Mekah, beliau berteman dengan Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Mäliki. Dr. Mahmud kemudian berinisiatif mendaftarkan seluruh keluarga Kabbani dalam US Green Card lottery yang membuat Syekh Hisyam dan keluarganya mendapat kesempatan untuk pindah ke AS yang, atas arahan Mawlana Syekh Nazim ق, beliau memutuskan untuk pindah ke AS. dan mendarat di New York pada tahun 1990 dan pindah ke California.

Menjadi jelas – dan Allah Maha Mengetahui – bahwa dengan mengirimkan Syekh Hisyam ke Amerika Serikat, Mawlana Syekh Nazim ق memintanya untuk mengambil alih kepemimpinan spiritual (quțbiyya) di wilayah tersebut – dan secara alami, diperluas hingga ke seluruh dunia, di mana beliau melakukannya dalam waktu yang sangat singkat. Dan seperti yang dilakukan oleh Mawlänā Khälid al-Baghdādī ق setelah keberhasilannya yang sangat cepat di seluruh dunia dalam menyebarkan Jalan Sufi atas nama gurunya, Syekh Hisyam adalah seorang furqăn yang menyingkapkan, di satu sisi yakni Mukmin sejati pada spiritualitas dan di sisi lain, mereka masih tertarik untuk mengikuti agenda-agenda lain pada semua tingkatan Ummah.

Dengan Mawlana Syekh Nazim ق, Allah telah menjadikan segala kesulitan menjadi mudah, Kita bersyukur mengenalnya karena beliau adalah jalan pintas kita menuju Cahaya dalam Agama ini. Nũr inilah yang menjadi tujuan setiap orang berakal. Hal ini digambarkan dalam ayat yang luar biasa: “Dia memberi hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki, dan siapa yang diberi hikmah, sesungguhnya dia telah menerima kebaikan yang melimpah! Namun tidak ada yang mengingatnya kecuali orang-orang yang berakal.”

Semoga Allah memberi kita hikmah ini dan menjaga kita tetap berada di jalan yang Dia perintahkan dan Dia cintai untuk kita. Semoga Allah memberikan umur panjang dan kesehatan kepada Mawlana Syekh Nazim, Syekh Hisyam, dan seluruh pengikut Mawlana serta memberikan kita derajat kemuridan sejati demi Nabi Muhammad ﷺ yang dilimpahkan keberkahan dan kedamaian.

Dari buku “The Muhammadan Light
In The Quran, Sunnah, and Companion-Reports”
oleh Shaykh Gibril Fouad Haddad, diteribitkan tahun 2012

Bagikan postingan ini

Copy Title and Content
Content has been copied.

Baca lebih lanjut

Postingan Terkait

Temukan koleksi postingan blog yang penuh wawasan dan menarik.

Bai’at dalam Islam

Berbai’at kepada Mursyid merupakan hal yang mutlak dilakukan berdasarkan hati yang ikhlas tanpa ada unsur paksaan ataupun kepentingan yang lain kecuali berharap ridho Allah SWT.

Naqsyabandiyah

Thariqah Naqsyabandiyah

Thariqah Naqsyabandiyah Ketahuilah bahwa Thariqah Naqsyabandiyah merupakan thariqah yang paling dekat dan paling mudah bagi murid untuk mencapai derajat tauhid, meskipun kemampuan penerimaan si murid

Naqsyabandiyah

Ahli Silsilah Thariqah Nasyabandiyah

Masyayikh Ahli Silsilah Thariqah Naqsyabandiyah Khalidiyah ★ Allah Subhanahu wa Ta’ala★ Malaikat Jibril (A.S.)★ Rasulullah Muhammad (S.A.W) Q.S. = Qoddasallahu Sirrohu (Semoga Allah mensucikan sirr/rahasianya)

Naqsyabandiyah

5 Janji Tarekat

Fatwa Yang Mulia Abu: Lima Janji Thariqat Murobbi Ruhina, Sang Mahkota Ahli Makrifat yang memiliki kesabaran yang sangat tinggi dan Penyeru yang mengajak kearah kebaikan,

Naqsyabandiyah

Rabithah

Rabithah artinya ikatan atau hubungan, yang berarti proses terjadinya hubungan atau ikatan ruhaniyah antara seorang murid dengan Sang Mursyidnya. Mengikat atau menghubungkan diri dengan Manajemen

Naqsyabandiyah

November 21

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?