“Hai bodoh, lakukan sesuatu, biar kau tak hanya diam di sana kebingungan.
Jika kau tak juga melangkah dan berjalan sekarang, bagaimana mungkin kau bisa menyebut dirimu “petunjuk dan ayat bagi alam semesta”?
Dalam Mazhab Al-Haqq, semua duduk diam di kaki Sang Kasih Sayang.
Jadi dengar, anak muda, bahwa suatu hari nanti, engkau pun akan jadi tua!
Makan dan tidurmu selama ini sudah membuatmu bodoh dan lamban; kurangi makan dan tidurmu, bisa jadi kau masih punya kesempatan!
Ketahuilah: jika Allah menyalakan nur-Nya dalam dadamu, aku bersumpah: kau akan menyala lebih terang dari selusin matahari.
Aku perintahkan: basuh semua noda tembaga kehidupan yang mengotori kedua tanganmu.
Untuk menjadi seorang ahli kimianya Sang Ar-Rahman, kau hanya boleh bekerja dengan emas saja.
Jangan cuma duduk dan berpikir; larilah ke sana, tenggelamkan dirimu dalam samudra ilahi!
Jika kau hanya membasahi selembar rambut saja, kepalamu tidak akan diisi ilmu dari-Nya.
Bagi yang hanya menyaksikan Allah saja, penglihatan mereka bersih, dan tak lagi memiliki keraguan.
Bahkan jika duniamu terbalik-balik dan melayang-layang terbawa angin, jika kau sudah kehilangan keraguan, kau tak akan bisa kehilangan apa pun lagi.
Ya Hafiz, jika kau merindukan Ar-Rahman, jadilah debu di kaki pintu Insan Kamil, dan bicaralah!”
— Khawaja Syamsuddin Muhammad Hafizh Asy-Syirazi (qs.)
Diterjemahkan oleh Herry Mardian – Juni 2014
: : : :
“Jangan melupakan diri sendiri manakala menyampaikan nasihat kepada orang lain.”
— ‘Amirul Mu’minin ‘Umar bin Khaththab (ra)