Dalam perjalanan menuntut ilmu agama Islam, seringkali kita menemui orang-orang yang baru belajar agama namun sudah dengan percaya diri menyatakan bahwa mereka tidak mengikuti madzhab manapun, melainkan hanya mengamalkan yang terdapat dalam Al-Quran dan Sunnah. Mereka cenderung enggan menerima penjelasan dari ulama yang kompeten dan lebih memilih mengandalkan pemahaman pribadi terhadap ayat-ayat atau hadits yang mereka sampaikan.
Namun, pengambilan keputusan hukum secara langsung berdasarkan nash Al-Quran dan hadits bukanlah hal yang sederhana. Diperlukan pemahaman mendalam dalam berbagai disiplin ilmu seperti ilmu tafsir, mushtalahul hadits, sharaf, nahwu, dan lain sebagainya. Selain itu, melihat pandangan ulama terdahulu yang diakui keunggulannya juga sangat penting dalam memahami konteks ayat atau hadits tertentu.
Bagaimana seharusnya sikap orang yang baru belajar agama namun enggan mengikuti madzhab dan lebih mengandalkan pemahaman pribadi? Menarik untuk mencermati pandangan seorang ulama besar, Muhammad Amin Al-Kurdi Al-Irbili, yang menegaskan bahwa orang yang tidak mengikuti salah satu madzhab dan merasa mampu memahami hukum-hukum agama secara langsung dari Al-Quran dan hadits sebenarnya termasuk orang yang bersalah, sesat, dan menyesatkan. Terutama di zaman ini di mana klaim dan dakwaan batil semakin marak.
Pesan yang ingin disampaikan adalah pentingnya tidak meremehkan peran ulama dan tradisi keilmuan yang sudah teruji dalam memahami ajaran agama. Sebagai orang awam, kita sebaiknya tidak tergesa-gesa dalam berpendapat tanpa merujuk kepada pandangan para ulama yang telah diakui kompetensinya.
Dalam menyikapi hal ini, perlu kesadaran bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kita sebagai individu yang baru belajar agama tidak boleh menggantikan kebijaksanaan dan kedalaman pandangan ulama yang telah menjalani studi agama secara mendalam. Maka dari itu, bijaklah dalam merujuk kepada para ahli agar tidak tersesat dalam memahami ajaran agama.
Semoga refleksi singkat ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang pentingnya menghormati tradisi keilmuan dalam memahami ajaran agama Islam. Kritik dan saran selalu kami terima dengan tangan terbuka untuk meningkatkan pemahaman bersama.
Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq. Wassalamu ‘alaikum wr. wb.