Kemudian Sang Ruh al-Quds bertanya kepadaku, “Siapa teman di perjalananmu?”
Aku (Ibnu Arabi) menjawab, “Penalaran yang benar dan berita yang benar”
Ia berkata, “Itulah teman yang paling mulia, ia akan menempatkanmu pada tempat yang paling nyata.”
Aku berkata, “Aku tidak mengetahui akar mendasar (al-ushul) dari ini, tapi aku ingin bisa sampai (al-wushul). Aku jadikan keinginanku sebagai imamku, dan Gunung Thuur di hadapanku.”
Lalu aku mendengar suara, “Tidak akan pernah melihat-Ku kecuali orang yang mendengar Kalam-Ku.”
Aku pun terjerembab pingsan. Tubuhku gemeretak seakan mau lepas semua. Aku terdampar di sebuah lembah. Sepasang sandalku raib dan bekalku masih tersisa. Ketika aku tidak melihat alam semesta, aku baru bisa melihat dengan mata…
— Syaikh Al-Akbar Ibnu Arabi qs., Kitab Al-Mi’raj