Dalam menyambut hari raya Idul Adha, tidak jarang kita mendapati berbagai ucapan selamat yang disampaikan oleh masyarakat. Meskipun tidak sebanyak Idul Fitri, ucapan selamat ini tetap menjadi bagian dari ungkapan kebahagiaan dan syukur umat Islam. Namun, bagaimana sebenarnya pandangan agama terkait hal ini?
Pada dasarnya, ucapan selamat Idul Adha atau tahniah dalam bahasa Arab merupakan salah satu bentuk ekspresi kebahagiaan seseorang. Berbagi kebahagiaan melalui ucapan selamat menjadi cara untuk melengkapi perasaan bahagia, karena kebahagiaan dirasakan lebih sempurna saat dibagikan dengan orang lain.
Dalam kajian fiqih, pengucapan selamat Idul Adha telah dibahas oleh beberapa ulama Mazhab Syafi’i. Menurut pandangan mereka, pengucapan selamat Idul Adha dianjurkan dan waktu yang tepat untuk melakukannya juga telah ditetapkan.
Menurut penelitian ulama, waktu yang tepat untuk mengucapkan selamat Idul Adha dimulai dari Subuh pada hari Arafah (Subuh 9 Dzulhijjah). Secara umum, pengucapan selamat Idul Adha dianjurkan sebagaimana tertulis dalam kitab Hasyiyatul Jamal yang mengikuti Mazhab Syafi’i.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ucapan selamat Idul Adha yang kerap kita temui di media sosial sesuai dengan pandangan Mazhab Syafi’i terkait ekspresi kebahagiaan dalam syiar Islam. Hal ini juga mencerminkan nilai tahadduts bin ni’mah atau izharus surur yang menunjukkan ekspresi kebahagiaan.
Demikianlah informasi singkat mengenai makna dan kajian fiqih terkait ucapan selamat Idul Adha. Semoga tulisan ini dapat memberikan pemahaman yang baik, dan kami senantiasa terbuka untuk menerima kritik dan saran dari pembaca.
Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq, Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.