- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Memahami Etika dalam Memeluk dan Mencium Pipi Jamaah Haji

Google Search Widget

Pulangnya jamaah haji menjadi momen bahagia bagi keluarga, kerabat, sahabat, dan tetangga. Tradisi menyambut kepulangan jamaah haji dengan pelukan dan cium pipi sambil bersyukur seringkali terjadi di masyarakat. Namun, muncul pertanyaan seputar boleh tidaknya memeluk dan mencium pipi sesama.

Ulama memiliki pandangan yang beragam mengenai hal ini. Sebagian ulama memakruhkan pelukan dan jabatan tangan, sementara yang lain justru menganjurkannya. Perbedaan pendapat ini kemudian dikaitkan dengan kepulangan jamaah haji ke tanah air. Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami dalam Hasyiyah alal Idhah menyebutkan bahwa dianjurkan untuk memeluk dan berjabat tangan dengan orang yang kembali dari perjalanan jauh, termasuk jamaah haji.

Dalam konteks kecupan, ulama menunjukkan tempatnya pada dahi di antara kedua mata. Namun, perlu diingat bahwa tindakan ini sebaiknya terbatas pada jamaah haji pria dewasa untuk menghindari fitnah. Pelukan, jabatan tangan, dan cium pipi merupakan ekspresi kerinduan dan kebahagiaan yang wajar antara dua pihak.

Dengan demikian, penting untuk memahami etika dalam menyambut kepulangan jamaah haji. Tradisi pelukan dan cium pipi sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan pandangan ulama agar tetap dalam koridor kepatutan dan menjaga kesucian serta kebersihan hubungan antar sesama umat.

Semoga penjelasan singkat ini bermanfaat dan memperkaya pemahaman kita akan tata cara yang baik dalam berinteraksi sosial, terutama dalam konteks kepulangan jamaah haji. Tetaplah terbuka untuk menerima masukan dan saran demi meningkatkan kualitas hubungan sesama umat. Semoga kita selalu mendapatkan taufiq dari Allah SWT.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 22

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?