Dalam ajaran Islam, pemberian hibah merupakan tindakan mulia yang dilakukan secara sukarela tanpa imbalan. Hibah adalah proses mengalihkan hak kepemilikan suatu benda kepada pihak lain tanpa imbalan. Namun, muncul pertanyaan sensitif mengenai hukum memberikan hibah kepada non-Muslim.

Menurut Ali As-Saghdi, seorang ulama dari Madzhab Hanafi, memberikan hibah kepada non-Muslim diperbolehkan. Pendapat ini didasarkan pada pandangannya bahwa seorang Muslim dapat memberikan hibah kepada non-Muslim, baik itu orang Yahudi, Nasrani, Majusi, atau kafir musta’man di negara Islam.

Pendapat tersebut sebaiknya dipahami dalam konteks benda yang diberikan dapat dimiliki oleh non-Muslim. Hal ini sejalan dengan prinsip keadilan dan kebaikan yang diajarkan dalam Islam. Ayat 8 Surat Al-Mumtahanah juga menegaskan bahwa Islam tidak melarang untuk berbuat baik dan adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi umat Muslim.

Dalam konteks hubungan antarumat beragama, penting untuk memahami bahwa keberagaman tidak menghalangi untuk berbuat kebaikan. Meskipun loyalitas tetap pada keyakinan masing-masing, Islam mendorong untuk menjaga hubungan yang baik dengan semua pihak yang damai.

Dengan demikian, memberikan hibah kepada non-Muslim dalam Islam dapat dipandang sebagai amal kebajikan yang dilakukan dengan niat tulus dan semangat persaudaraan. Namun, perlu diingat bahwa hibah tersebut sebaiknya diberikan kepada non-Muslim yang tidak bermaksud memusuhi umat Islam.

Semoga pemahaman ini dapat memberikan cahaya bagi kita dalam menjalin hubungan antarumat beragama dengan penuh kasih sayang dan saling pengertian. Mari kita terus berupaya untuk memperkuat tali persaudaraan dan kerukunan antarumat beragama demi terwujudnya perdamaian dan keadilan di tengah masyarakat. Terima kasih atas perhatiannya.

Wallahu a’lam bish-shawab.