Pertanyaan seputar keabsahan shalat Jumat bagi mereka yang tidak mendengarkan khutbah seringkali menjadi perdebatan. Pada dasarnya, hal ini berkaitan dengan kedudukan shalat Jumat itu sendiri, apakah merupakan shalat zuhur yang diqashar menjadi dua rakaat, ataukah merupakan shalat mandiri.
Dua pandangan utama berkaitan dengan kedudukan shalat Jumat ini. Pendapat pertama menyatakan bahwa shalat Jumat adalah zuhur yang diqashar, di mana dua khutbah Jumat menggantikan dua rakaat shalat zuhur. Dalam hal ini, jika waktu shalat Jumat telah berakhir namun khutbah masih berlangsung, maka diwajibkan untuk melaksanakan shalat zuhur sebagai gantinya.
Sementara pendapat kedua menyatakan bahwa dua khutbah Jumat tidak menggantikan dua rakaat shalat zuhur, melainkan shalat Jumat merupakan ibadah mandiri. Berdasarkan pandangan ini, keabsahan shalat Jumat seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh partisipasinya dalam mendengarkan khutbah Jumat.
Orang yang terlewat dalam mendengarkan khutbah Jumat namun melaksanakan shalat Jumat dengan syarat-syarat keabsahan terpenuhi, maka shalat Jumatnya tetap sah. Namun, jika khutbah Jumat tidak memenuhi syarat atau tidak dilaksanakan sama sekali padahal merupakan syarat keabsahan shalat Jumat, maka shalat Jumat tersebut tidak sah.
Penting untuk dicatat bahwa shalat Jumat memiliki hukum khusus termasuk syarat-syarat keabsahannya yang tidak semata-mata ditentukan oleh keabsahan khutbahnya. Selain itu, selain keabsahan khutbah, keabsahan shalat Jumat itu sendiri juga harus dipertimbangkan.
Dengan demikian, para jamaah disarankan untuk datang tepat waktu ke masjid agar dapat mengikuti seluruh rangkaian ibadah Jumat mulai dari khutbah hingga selesai shalat Jumat. Hal ini penting mengingat keutamaan hari Jumat dalam agama Islam.
Semoga penjelasan singkat ini dapat memberikan pemahaman yang baik. Kami selalu terbuka untuk menerima masukan dari pembaca yang budiman. Semoga kita senantiasa mendapatkan taufiq dari Allah SWT dalam menjalankan ibadah kita dengan baik. Wassalamu’alaikum wr. wb.
