Bulan Ramadan selalu menjadi momen istimewa bagi umat Muslim. Selain kewajiban menjalankan ibadah puasa, bulan ini juga dianugerahi dengan malam yang amat mulia, yaitu Lailatul Qadar.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dan An-Nasai dari Abu Hurairah RA, disebutkan bahwa Rasulullah SAW menyatakan keutamaan Lailatul Qadar, di mana amal ibadah yang dilakukan pada malam tersebut nilainya lebih tinggi daripada amal selama seribu bulan.
Malam Qadar dianggap lebih baik dari seribu bulan karena nilai amal kebajikan yang dilakukan pada malam itu jauh melebihi amal selama seribu bulan tanpa keberadaan malam Qadar.
Terkait dengan wanita yang sedang haid, pertanyaan muncul apakah mereka juga bisa meraih keberkahan Lailatul Qadar seperti orang lain. Adh-Dhahhak pernah menjawab bahwa wanita yang sedang haid tetap bisa mendapatkan bagian dari Lailatul Qadar karena setiap orang yang diterima amalnya oleh Allah SWT akan mendapatkan bagian dari malam yang mulia itu.
Syekh Nawawi Banten menjelaskan bahwa ada tiga tingkatan dalam menghidupkan Lailatul Qadar. Tingkatan tertinggi adalah dengan memperbanyak shalat, diikuti dengan memperbanyak zikir, dan minimalis adalah dengan menjalankan shalat Isya dan Subuh berjamaah.
Bagi wanita yang sedang haid, tingkatan kedua yaitu memperbanyak zikir, berdoa, dan beristighfar adalah yang paling memungkinkan untuk dilakukan guna mengisi Lailatul Qadar. Amal kebajikan pada malam itu diyakini lebih utama daripada amalan selama seribu bulan.
Meskipun kondisi wanita haid mungkin tidak memungkinkan untuk melaksanakan ibadah tertentu pada malam Qadar, namun hal itu tidak menghalangi mereka untuk meraih keberkahan dan pahala dari malam yang amat agung tersebut.
Dengan demikian, setiap Muslim, tanpa terkecuali, berpeluang untuk meraih keutamaan Lailatul Qadar dengan melakukan amal kebajikan dan ibadah sebaik mungkin. Semoga penjelasan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai keistimewaan malam yang penuh berkah tersebut.