Dalam praktik keagamaan umat Islam, seringkali muncul pertanyaan terkait hukum sembahyang di masjid yang memiliki makam di pekarangannya atau bahkan di dalam bangunan masjid itu sendiri. Beberapa pendapat menyarankan bahwa sembahyang seharusnya dilakukan di masjid yang tidak memiliki makam di sekitarnya. Namun, apakah hal ini benar?

Menurut pandangan yang diperoleh dari beberapa ulama, tidak ada larangan terkait pemakaman jenazah di pekarangan masjid. Sejarah pembangunan Masjid Nabawi juga menunjukkan bahwa makam Rasulullah SAW beserta dua sahabatnya, Abu Bakar As-Shiddiq RA dan Umar RA, berada di dalam masjid tersebut tanpa mengganggu kesahihan ibadah sembahyang.

Dalam perspektif hukum Islam, kesahihan sembahyang di masjid yang memiliki makam tidak bergantung pada keberadaan makam itu sendiri. Yang menjadi fokus utama adalah kelengkapan syarat dan rukun sembahyang sesuai ajaran agama.

Syekh Muhammad Ibarahim Al-Hafnawi dari mazhab Hanafi menjelaskan bahwa sembahyang di masjid yang memiliki makam wali saleh tetap sah asalkan syarat dan rukun sembahyang terpenuhi. Ibadah sembahyang ditujukan kepada Allah SWT, bukan kepada orang yang dimakamkan di masjid tersebut.

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa niat dalam ibadah sembahyang sangat penting. Niat yang tulus hanya untuk Allah dan pemenuhan syarat serta rukun ibadah sesuai aturan syara’ menjadi kunci utama kesahihan sembahyang, meskipun terdapat makam di sekitar masjid.

Dengan demikian, sembahyang tetap sah di masjid yang memiliki makam asalkan aturan agama dipatuhi dengan baik. Kesimpulan ini menggarisbawahi pentingnya pemahaman yang benar terhadap ajaran agama dalam menjalankan ibadah sehari-hari. Semoga penjelasan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih jelas terkait hukum sembahyang di masjid yang memiliki makam di dalamnya.