- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Memahami Makna Sejati di Balik Maaf dan Kesatria dalam Idul Fitri

Google Search Widget

Idul Fitri tidak hanya sekadar momentum untuk merayakan kemenangan setelah menjalani puasa selama sebulan penuh. Lebih dari itu, Idul Fitri mengajarkan sebuah nilai luhur yaitu saling memaafkan. Dalam ajaran Islam, meminta maaf merupakan tindakan yang memerlukan keberanian untuk mengakui kesalahan kita kepada orang lain. Namun, memberikan maaf pun tidaklah mudah, karena itu menuntut ketulusan hati untuk menerima permintaan maaf dari orang yang pernah menyakiti kita.

Sebuah pertanyaan muncul, apakah ada nilai yang lebih tinggi daripada maaf (al-afwu)? Meminta maaf dan memberi maaf merupakan bagian dari ajaran Nabi Muhammad saw dan sifat-sifat Allah swt yang Maha Pengampun dan Maha Pemberi Maaf.

Dalam Al-Qur’an, kita diajarkan bahwa dalam proses memaafkan dibutuhkan sikap ksatria dan ketulusan hati. Prof Dr Muhammad Quraish Shihab menjelaskan bahwa tingkatan yang lebih tinggi dari al-afwu adalah al-shafhu. Kata ini memiliki makna kelapangan. Dari al-shafhu, terbentuk kata shafhat yang berarti lembaran atau halaman, serta mushafahat yang berarti berjabat tangan. Melakukan al-shafhu mengajarkan kita untuk melapangkan dada agar mampu menerima segala kesalahan dan juga membuka lembaran baru. Hal ini mencerminkan esensi dari Hari Raya Lebaran atau Idul Fitri.

Menurut Al-Raghib Al-Asfahaniy, al-shafhu yang digambarkan sebagai berjabat tangan memiliki makna yang lebih dalam daripada sekadar memaafkan. Terkadang, kesulitan dalam membersihkan lembaran lama meskipun kesalahan telah diampuni masih ada. Oleh karena itu, membuka lembaran baru menjadi langkah penting dalam proses pemaafan.

Dari pemikiran-pemikiran ini, kita dapat merenung dan memahami bahwa membuka lembaran baru adalah langkah yang sangat penting dalam proses pemaafan. Sama pentingnya bagi setiap individu yang terlibat dalam suatu kesalahan untuk menutup lembaran lama tersebut.

Dengan demikian, hakikat Idul Fitri yang melambangkan kembali kepada kesucian dapat dicapai seseorang sebagai bentuk peneguhan sikap ihsan setelah memperkuat iman dan Islam, karena itulah yang paling disukai oleh Allah swt.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 22

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?