Puasa Sya’ban merupakan puasa sunnah yang dilakukan di bulan Sya’ban. Hukumnya sunnah berdasarkan hadits-hadits shahih dari Nabi Muhammad saw. Ada dua hadits yang menjelaskan kebiasaan Rasulullah saw dalam berpuasa di bulan Sya’ban. Satu di antaranya adalah hadits yang menyatakan bahwa Rasulullah saw sering berpuasa di bulan Sya’ban hampir sepanjang bulan kecuali sedikit saja. Hadits lainnya mengungkapkan larangan untuk berpuasa pada separuh kedua bulan Sya’ban.
Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa puasa Sya’ban sebaiknya dimulai sebelum tanggal 16. Ada pengecualian untuk melanjutkan puasa pada hari-hari sebelumnya, sesuai kebiasaan puasa tertentu, atau dalam konteks puasa nazar atau qadha’.
Puasa Sya’ban dapat dilakukan mulai dari satu hingga tiga hari atau bahkan sebulan penuh. Rasulullah saw tidak pernah memuasainya sebulan penuh agar tidak disalahpahami sebagai puasa wajib.
Hikmah dari keberadaan puasa Sya’ban antara lain untuk menghindari kelalaian di bulan tersebut yang sering terlupakan di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Puasa Sya’ban juga menjadi waktu amal manusia dilaporkan kepada Allah swt, sehingga disarankan agar berpuasa saat laporan amal tersebut disampaikan.
Keutamaan puasa Sya’ban terletak pada kemungkinan untuk mendapatkan syafaat Rasulullah saw di hari kiamat. Tata cara pelaksanaan puasa Sya’ban meliputi niat di hati, makan sahur, menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, menjaga diri dari perbuatan dosa, dan berbuka saat tiba waktu maghrib.
Dengan memahami keutamaan, tata cara, dan hikmah puasa Sya’ban, umat muslim diharapkan dapat melaksanakan ibadah ini dengan baik dan mendapatkan manfaat spiritual yang dijanjikan.