Shalat Ghaib merupakan amalan penting dalam Islam yang dilakukan untuk mendoakan jenazah yang berada di tempat lain. Amalan ini memiliki dasar hukum yang kuat, terutama berdasarkan hadits tentang shalat Ghaib yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW atas kematian Raja Najasyi.
Dalil Shalat Ghaib
Dalil utama dalam melakukan shalat Ghaib adalah hadits yang menceritakan Nabi Muhammad SAW memberitakan kabar kematian Raja Najasyi dan kemudian memimpin shalat Ghaib bersama para sahabatnya. Meskipun terdapat riwayat tentang Nabi melakukan shalat Ghaib untuk sahabat lain, namun hanya hadits shahih tentang Raja Najasyi yang dijadikan pijakan hukum melakukan shalat Ghaib.
Niat Shalat Ghaib
Niat shalat Ghaib harus sesuai dengan jenis kelamin jenazah dan status seseorang dalam shalat (imam, makmum, atau shalat sendiri). Misalnya, untuk jenazah laki-laki, lafal niatnya adalah “Ushallî ‘alâ mayyiti (fulân) al-ghâ-ibi arba’a takbîrâtin fardhal kifayâti imâman/ma’mûman lillâhi ta’âlâ”.
Syarat Sah Shalat Ghaib
Untuk sahnya shalat Ghaib, ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama, jenazah berada di luar daerah yang sulit dijangkau. Kedua, telah diketahui atau diduga kuat bahwa jenazah tersebut sudah dimandikan.
Rukun Shalat Ghaib
Rukun shalat Ghaib tidak berbeda dengan rukun shalat jenazah pada umumnya. Terdapat tujuh rukun yang harus dilakukan, antara lain berniat, berdiri bagi yang mampu, membaca empat takbir, membaca surah al-Fatihah, membaca shalawat kepada Nabi, membaca doa untuk jenazah, dan membaca salam.
Dengan memahami panduan praktis shalat Ghaib dalam Islam ini, semoga kita dapat melaksanakannya dengan benar dan penuh keikhlasan. Semoga Allah menerima amalan kita dan memberkahi jenazah yang kita doakan. Amin.