Pada momen yang penuh berkah seperti Idul Fitri, terdapat tradisi yang khas dalam pelaksanaan shalat Idul Fitri yang berbeda dari shalat harian lainnya. Salah satunya adalah tidak diadakannya azan dan iqamah sebagaimana yang dilakukan pada shalat-shalat lain. Bilal, sebagai muadzin, menggantikan azan dan iqamah dengan seruan “As-shalātu jāmi‘ah” sebagai pengganti.
Tradisi ini didasarkan pada riwayat yang berasal dari para sahabat terdekat Nabi Muhammad SAW seperti Ibnu Abbas, Abu Bakar, Umar, dan Ustman. Mereka melaksanakan shalat Id sebelum khutbah tanpa menyuarakan azan dan iqamah. Sunnahnya adalah untuk menyuarakan “as-shalāta(u) jāmi‘ah” sebagaimana yang dilakukan oleh Az-Zuhri.
Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa hadits mengenai praktik ini diriwayatkan oleh beberapa Imam besar seperti Imam Abu Dawud, Muslim, Bukhari, dan lainnya.
Selain itu, terdapat pula seruan khusus yang dilafalkan oleh Bilal di antara shalat dan khutbah Idul Fitri ketika khatib duduk sejenak setelah salam. Seruan ini menandai transisi yang sakral antara ibadah shalat dan khutbah.
Dalam melaksanakan khutbah Idul Fitri, khatib disarankan untuk mengucapkan salam kepada jamaah dan duduk sejenak sebelum memulai khutbahnya. Hal ini merupakan bagian dari adab dan tata cara dalam pelaksanaan khutbah pada hari yang penuh keberkahan ini.
Semoga dengan pemahaman yang lebih mendalam mengenai tradisi dan panduan pelaksanaan shalat Idul Fitri ini, umat muslim dapat menjalankannya dengan khidmat dan penuh keberkahan. Wallahu a’lam.