- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Adzan pada Saat Uzur Umum: Model Lafal Berbeda untuk Waktu Shalat

Google Search Widget

Pada situasi uzur umum seperti hujan deras, angin kencang, atau kondisi lain yang dialami oleh banyak orang, adzan tidak hanya berfungsi sebagai penanda waktu masuk shalat, tetapi juga sebagai pengingat akan pentingnya melaksanakan ibadah. Di daerah dengan zona merah Covid-19 atau penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti DKI Jakarta, adzan tetap dikumandangkan saat waktu shalat tiba. Namun, terdapat dua model lafal adzan yang berbeda yang diriwayatkan oleh dua sahabat terkemuka, yaitu Ibnu Abbas RA dan Ibnu Umar RA.

Sahabat Ibnu Abbas memasukkan lafal “shallū fir rihāl” atau “shallū fī buyūtikum” sebagai pengganti seruan “hayya ‘alas shalāh,” sementara sahabat Ibnu Umar melafalkan “shallū fir rihāl” setelah seluruh lafal adzan dikumandangkan.

Model riwayat Sayyidina Ibnu Abbas RA:

  • Allāhu akbar, Allāhu akbar (2x)
  • Asyhadu an lā illāha illallāh. (2x)
  • Asyhadu anna Muhammadar rasūlullāh. (2x)
  • Shallū fī buyūtikum (atau alā shallū fī rihālikum) (2x)
  • Allāhu akbar, Allāhu akbar (1x)
  • Lā ilāha illallāh. (1x)

Artinya: “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Aku bersaksi, tiada tuhan selain Allah. Aku bersaksi, Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Silakan shalat di rumah kalian. Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada tuhan selain Allah.”

Sedangkan model riwayat Sayyidina Ibnu Umar RA:

  • Allāhu akbar, Allāhu akbar (2x)
  • Asyhadu an lā illāha illallāh. (2x)
  • Asyhadu anna Muhammadar rasūlullāh. (2x)
  • Ḥayya ‘alā aṣ-ṣalāh. (2x)
  • Ḥayya ‘alal-falāḥ. (2x)
  • Allāhu akbar, Allāhu akbar. (1x)
  • Lā ilāha illallāh. (1x)
  • Alā shallū fī rihālikum (atau shallū fī buyūtikum) (1x)
  • Alā shallū fir rihāl (1x)

Artinya: “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Aku bersaksi, tiada tuhan selain Allah. Aku bersaksi, Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Mari kita meraih keberuntungan. Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada tuhan selain Allah. Silakan shalat di rumah kalian. Silakan shalat di tempat kalian.”

Perintah Ibnu Abbas untuk menyisipkan “shallū fī buyūtikum” sebagai pengganti seruan “hayya ‘alas shalāh” juga disertai dengan penjelasan bahwa hal ini dilakukan demi kenyamanan jamaah dalam situasi tertentu. Begitu pula dengan Ibnu Umar yang mengakhiri seruannya dengan “shallū fī rihālikum” setelah menyaksikan Rasulullah SAW melakukan hal serupa dalam kondisi tertentu.

Dengan berbagai model lafal adzan yang berbeda ini, penting bagi umat Islam untuk tetap memahami makna dan tujuan dari setiap seruan dalam adzan serta menghormati perbedaan yang ada dalam tradisi dan riwayat agama. Semoga kita senantiasa diberikan kemudahan dalam melaksanakan ibadah dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 22

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?