Kematian adalah suatu hal yang pasti akan dialami oleh setiap manusia, namun tidak ada yang tahu kapan ajal akan menjemput kita. Dalam ajaran agama, disebutkan bahwa manusia seharusnya mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk kehidupan setelah kematian, bukan berharap mati dengan putus asa. Nabi Muhammad SAW melarang umatnya untuk berharap mati akibat musibah yang menimpa. Beliau mengajarkan agar umat berdoa meminta yang terbaik, baik hidup maupun mati, bukan dengan mengharap kematian.
Dalam hadits disebutkan bahwa berharap mati karena musibah yang menimpa termasuk perbuatan yang makruh menurut para pakar fiqih. Ketika seseorang menghadapi cobaan, sebaiknya tidak berprasangka buruk kepada Allah atau putus asa, karena musibah yang menimpa bisa jadi merupakan cara Allah untuk menghapus dosa-dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan.
Meski demikian, tidak selalu mengharap mati dianggap sebagai hal yang negatif. Berharap mati bisa menjadi sebuah sunnah jika dilakukan dengan niat yang baik, misalnya berharap mati syahid di jalan Allah, mati di tiga kota suci (Mekah, Madinah, dan Baitul Maqdis), atau karena khawatir agama akan terfitnah. Ulama-ulama sepakat bahwa berharap mati di tanah suci hukumnya sunnah, namun terdapat perbedaan pendapat mengenai istilah “mengharap mati”.
Dalam Islam, berharap mati di tempat mulia seperti Mekah, Madinah, dan Baitul Maqdis dianggap sebagai perbuatan yang baik. Namun, hal ini harus disertai semangat untuk menjaga kualitas hidup agar lebih baik, bukan untuk menjadikan seseorang putus asa. Dengan demikian, hukum mengharapkan mati di kota suci dalam Islam adalah sunnah.