Dalam kehidupan, kita sering dihadapkan pada situasi sulit yang mengancam keselamatan dan kesejahteraan kita. Terkadang, kita dapat merasakan bagaimana kesulitan hidup ketika dihadapi dengan ketidakadilan, penghinaan, dan perlakuan buruk dari sekitar tanpa alasan yang jelas. Bayangkan betapa sulitnya hidup dalam lingkungan yang demikian.
Namun, dalam situasi terberat sekalipun, ada kalanya seseorang muncul dalam hidup kita dengan penuh kemuliaan, kedudukan yang tinggi, dan pengaruh luas. Mereka menawarkan bantuan dan perlakuan manusiawi yang luar biasa. Segala kebaikan yang mungkin sudah lama tidak kita rasakan, tiba-tiba menjadi nyata melalui orang baik tersebut. Saat itu, kita diperlakukan dengan penuh hormat dan segala kebutuhan kita dipenuhi dengan baik.
Dalam kondisi seperti itu, kita dihadapkan pada pilihan untuk tetap bersama orang tersebut yang memberikan kemuliaan dan kesejahteraan, atau kembali ke lingkungan awal yang penuh dengan kesulitan dan ancaman. Bagaimana Anda akan memilih?
Gambaran tersebut juga dialami oleh Baginda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum dan saat berisra’ mi’raj. Tahun tersebut dikenal sebagai tahun kesedihan karena beberapa peristiwa tragis: wafatnya paman beliau Abu Thalib, kepergian istri tercinta Sayidatina Khadijah, dan isolasi terhadap keluarga Rasulullah oleh kaum kafir Quraisy.
Meskipun telah merasakan kemuliaan dan kedekatan dengan Allah saat berisra’ mi’raj, Rasulullah tetap memilih untuk kembali ke bumi. Kesempurnaan dan kedamaian di sisi Tuhan tidak membuatnya lupa akan tugasnya untuk memberikan rahmat kepada umat. Sikap ini menjadi contoh pendidikan luhur bagi umat Islam, bahwa kedekatan dengan Tuhan haruslah diiringi dengan kebaikan dan pemberian manfaat kepada sesama makhluk.
Kita diajarkan bahwa keberadaan di posisi atas tidak semestinya dimanfaatkan hanya untuk diri sendiri, namun juga untuk memberikan manfaat kepada sekitar. Meskipun memberikan manfaat kepada orang lain mungkin memerlukan pengorbanan dan menghadapi rintangan, namun hal tersebut merupakan bagian dari tugas untuk menyebarluaskan rahmat bagi semua.
Dengan demikian, refleksi dari peristiwa Isra’ Mi’raj Rasulullah merupakan pelajaran berharga bagi kita semua. Kedekatan dengan Tuhan haruslah membawa dampak positif dalam hubungan dengan sesama dan lingkungan sekitar. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari peristiwa mulia tersebut dalam menjalani kehidupan sehari-hari.