Masjid bagi umat Islam tidak hanya dijadikan tempat untuk beribadah, tetapi juga sebagai pusat pembelajaran agama, sosialisasi, musyawarah, dan kegiatan sosial lainnya. Sejak zaman Rasulullah, masjid sudah digunakan untuk berbagai kegiatan selama sesuai dengan aturan syariat. Banyak hadis yang menceritakan bahwa masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga sebagai tempat tinggal, belajar, dan berdiskusi bagi para sahabat.
Meskipun masjid memiliki beragam fungsi, penting untuk diingat bahwa fungsi utama masjid tetap sebagai tempat ibadah. Setiap orang yang berada di masjid diharapkan menghormati fungsi utama tersebut dengan menjaga adab dan tidak melakukan hal-hal yang dapat mengganggu kenyamanan orang lain yang sedang beribadah.
Di beberapa masjid, terkadang setelah shalat berjamaah atau sebelum shalat, beberapa orang suka mengobrol dan berdiskusi di dalam masjid. Percakapan mereka tidak hanya seputar agama atau ibadah, tetapi juga membahas hal-hal dunia dan terkadang bersifat santai. Menurut Imam An-Nawawi dalam Al-Majmu Syarahul Muhadzdzab, diperbolehkan untuk membicarakan hal-hal yang diperbolehkan (mubah) di dalam masjid, termasuk urusan dunia, selama pembicaraan tersebut tidak melanggar aturan agama.
Dalam sebuah hadis riwayat Jabir, Rasulullah SAW diceritakan tidak pernah beranjak dari tempat shalatnya setelah shubuh sampai matahari terbit. Saat itu, para sahabat mengobrol tentang berbagai hal termasuk masa Jahiliyyah hingga tertawa dan tersenyum. Berdasarkan hadis ini, Imam An-Nawawi memperbolehkan percakapan ringan di dalam masjid selama tetap menjaga etika dan adab.
Namun, perlu diingat agar tidak membicarakan hal-hal yang melanggar syariat, mengundang kemudharatan, atau tertawa terlalu keras saat sedang bercanda agar tidak mengganggu orang lain yang sedang beribadah. Semua muslim diharapkan tetap menjaga etika dan adab ketika berada di dalam masjid.
