Abu Hurairah, seorang sahabat Rasulullah yang bergabung di Madinah pada tahun ketujuh hijriah, dikenal dengan jumlah hadits yang ia riwayatkan selama periode sekitar 3 tahun bersama Rasul. Catatan Imam Dzahabi mencatat bahwa Abu Hurairah telah meriwayatkan 5.374 hadits, jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan Siti Aisyah, Sayyidina Umar, dan Sayyidina Abu Bakar Ashiddiq.
Pertanyaan pun muncul, mengapa Abu Hurairah bisa meriwayatkan begitu banyak hadits dalam waktu singkat? Hal ini telah menjadi topik diskusi yang mendalam, termasuk pembelaan dan alasan yang disampaikan oleh Abu Hurairah sendiri. Meski fokus tidak hanya pada jumlah hadits yang diriwayatkan, namun juga pada konteks 3 tahun terakhir kehidupan Rasulullah.
Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, seperti larangan mendahului orang-orang Yahudi dan Nasrani dalam memberi salam, menimbulkan pemikiran yang mendalam. Meskipun hadits tersebut termasuk dalam kategori hadits sahih dari segi sanad, namun penerapannya dalam masyarakat majemuk saat ini menjadi suatu tantangan. Bagaimana kita memahami dan mengaplikasikan hadits-hadits tersebut dalam konteks kekinian?
Para ulama telah memperdebatkan berbagai pendapat terkait hadits-hadits Abu Hurairah, termasuk dalam hal ini larangan memberi salam kepada non-Muslim. Diskusi panjang ini penting untuk memahami konteks, matan, serta aplikasi dari setiap hadits secara menyeluruh.
Konteks sosio historis perawi juga turut mempengaruhi pemahaman terhadap hadits. Abu Hurairah bergabung setelah perang Khaibar, di mana hubungan umat Islam dengan Yahudi mulai tegang akibat pengkhianatan kaum Yahudi terhadap perjanjian yang ada. Hal ini perlu dipertimbangkan dalam menafsirkan hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.
Penting bagi kita untuk tidak hanya sekadar mengutip teks hadits tanpa memperhatikan penjelasan dan perdebatan ulama terkait kandungan serta aplikasinya. Kita harus bijaksana dalam memilah mana yang bersifat umum untuk berinteraksi dengan non-Muslim atas dasar kemanusiaan, dan mana yang bersifat khusus dalam kondisi konflik dan peperangan.
Dunia yang damai merupakan harapan kita bersama. Dengan pemahaman yang mendalam dan bijaksana terhadap hadits-hadits tersebut, diharapkan kita dapat menjalin hubungan antarumat beragama dengan penuh kedamaian dan saling pengertian.