- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Shalawat: Ekspresi Cinta dan Penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW

Google Search Widget

Shalawat atas Nabi Muhammad SAW pada awalnya dianggap sebagai doa yang ditujukan untuk beliau, sebagai bentuk kecintaan umat. Namun, seiring waktu, praktik ini berkembang menjadi puji-pujian dan penghormatan yang lebih dalam. Legitimasi praktik ini ditemukan dalam Al-Qur’an, di mana Allah berfirman, “Jika engkau mencintai Allah, maka ikutilah Nabi. Maka Allah akan mencintaimu.” (Q.S. Al-Imran [3]:31). Tidak hanya manusia yang dianjurkan untuk bershalawat, tetapi Allah dan para Malaikat-Nya pun melakukannya. Dalam surat Al-Ahzab [33]:56 disebutkan, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Shalawat juga dianggap sebagai syarat penting agar doa dikabulkan. Sebuah ungkapan menyatakan bahwa permohonan akan terhalang sampai orang yang berdoa mengucapkan shalawat untuk Nabi. Penyair Turki abad pertengahan, Asyiq Pasha, menggambarkan eksistensi primordial Nabi Muhammad SAW sebagai elemen penting dalam profetologi mistikalnya. Dalam puisi tersebut, ia menegaskan bahwa meskipun Adam masih berupa debu, Muhammad telah dipilih oleh Tuhan.

Kaum sufi di berbagai tempat selalu membaca shalawat secara berulang, baik sendiri maupun dalam kelompok, untuk mengantarkan permohonan mereka kepada Tuhan. Mereka sering menyanyikan doa shalawat dalam bentuk puisi yang indah. Annemarie Schimmel, seorang pakar mistisisme Islam, menyebutkan bahwa di beberapa komunitas di Afrika Utara, orang dapat menghadiri pertemuan shalawat untuk berdoa bersama bagi Nabi dan berharap agar permohonan mereka segera dikabulkan. Salah satu doa shalawat yang populer di sana adalah Doa Pelipur Cordova, yang memohon berkah dan keselamatan bagi Nabi Muhammad SAW dan keluarganya.

Pentingnya shalawat atas Nabi Muhammad SAW sebagai pembuka doa kepada Tuhan dapat dilihat dalam Qasidah Burdah karya Imam Busairi. Pada saat mengalami sakit berkepanjangan, Busairi bermimpi bertemu Nabi Muhammad SAW, yang kemudian menyembuhkannya. Karya ini dikenal luas di kalangan santri dan sering diajarkan di pesantren.

Doa-doa shalawat tersebut tidak hanya sekadar ucapan tetapi juga memiliki makna yang dalam. Seluruh doa, dzikir, dan shalawat ditujukan kepada Allah semata, bukan kepada yang lain, termasuk kepada Nabi Muhammad SAW. Hanya Allah lah Pemilik segalanya dan Yang mengabulkan setiap permohonan hamba-Nya. Pengaduan kepada manusia sering kali tidak memberi jalan keluar, sedangkan Tuhan selalu siap mendengarkan dan memberikan pertolongan.

Di kalangan Nahdlatul Ulama, puisi-puisi shalawat sering dinyanyikan dalam acara-acara pengajian. Meskipun suara penyanyi seperti Gus Dur mungkin tidak semerdu penyanyi terkenal lainnya, tetapi lantunannya memiliki makna yang mendalam dan menyentuh hati.

Akhirnya, doa-doa yang dibaca dalam konteks ini mengandung permohonan ampunan dari Tuhan. Permohonan tersebut mencakup pengharapan akan petunjuk ke jalan yang benar dan anugerah ilmu yang bermanfaat. Dalam setiap baitnya, terdapat pengakuan akan dosa dan harapan untuk kembali kepada Tuhan, menunjukkan betapa pentingnya shalawat dalam menjalin hubungan spiritual antara hamba dan Sang Pencipta.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 22

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?