Warga Nahdliyyin sudah akrab dengan istilah mahallul qiyam, yang berarti saat berdiri, yakni saat dibacakan shalawat:
يَا نَبِي سَلَامْ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلْ سَلَامْ عَلَيْكَ
Penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW adalah bagian penting dari tradisi kita. Berdiri untuk menghormati sesuatu tidak hanya terjadi saat upacara bendera pada hari Senin atau peringatan 17 Agustus, tetapi juga dalam momen-momen khusus seperti membacakan shalawat. Setiap peserta upacara diharuskan berdiri untuk menghormati bendera Merah Putih dan para pejuang bangsa.
Ketika shalawat dibacakan, berdiri merupakan bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW, hamba Allah yang paling mulia. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda:
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الْخُذْرِيّ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلْأَنْصَارِ: قُوْمُوْا إلَى سَيِّدِكُمْ أوْ خَيْرِكُمْ. رواه مسلم
Dari Abi Said Al-Khudri, beliau menyampaikan bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada para sahabat Ansor, “Berdirilah kalian untuk tuan kalian atau orang yang paling baik di antara kalian.” (HR Muslim)
Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki mengungkapkan bahwa Imam Al-Barzanji dalam kitab Maulid-nya berbentuk prosa, menyatakan bahwa sebagian besar imam hadits yang mulia menganggap baik (istihsan) berdiri ketika sejarah Nabi Muhammad SAW disebutkan. Betapa beruntungnya orang yang mengagungkan Nabi dan menjadikan hal tersebut sebagai tujuan hidupnya. (Al-Bayan wat Ta’rif fi Dzikral Maulid an-Nabawi, hal 29-30)
Tradisi ini mengingatkan kita akan pentingnya penghormatan dan pengagungan terhadap Nabi Muhammad SAW dalam setiap aspek kehidupan kita sebagai umat beliau.