Setiap rasul memiliki sifat kerasulan, kenabian, dan kewalian. Namun, setelah Nabi Muhammad (SAW), sifat kenabian dan kerasulan telah tertutup, sementara pintu kewalian tetap terbuka hingga saat ini. Sifat kewalian ini masih melekat pada beberapa orang di tengah masyarakat kita. Para nabi dan rasul bersifat makshum (terjaga dari maksiat), sedangkan para wali Allah bersifat mahfuzh (selalu dalam bimbingan Allah baik dalam taat maupun dalam khilaf).
Syekh Ibnu Athaillah menyatakan bahwa Allah mengungkapkan sebagian wali-Nya dan menyembunyikan sebagian lainnya di tengah masyarakat. Meskipun demikian, semua wali-Nya menjadi tanda kehadiran-Nya. Beliau mengatakan, “Mahasuci Allah yang tidak menjadikan tanda bagi para wali-Nya selain tanda yang menunjukkan ada-Nya. Mahasuci Allah yang tidak ‘mempertemukan’ kepada para wali selain orang yang dikehendaki sampai kepada-Nya.”
Mengenali kehadiran wali Allah merupakan hal yang sulit. Para wali adalah manusia biasa seperti kita, yang juga makan dan minum. Syekh Ibnu Abbad menjelaskan bahwa mengenali wali lebih sulit daripada mengenali Allah. Allah dapat dikenali melalui kesempurnaan dan keindahan-Nya, tetapi untuk mengenali tanda wali yang merupakan makhluk sepertimu adalah tantangan tersendiri. Jika Allah menghendaki seseorang untuk mengenal salah satu walinya, maka Allah akan melipat unsur manusiawinya di mata kita dan memperlihatkan keistimewaannya.
Secara umum, para wali dapat diidentifikasi melalui tiga tanda, menurut Syekh Zarruq: mengutamakan Allah, berpaling dari makhluk-Nya, dan berpegang pada syariat Nabi Muhammad (SAW) dengan benar. Meskipun demikian, sulit untuk menentukan siapa waliyullah di antara kita. Mereka beribadah seperti kita, kadang melakukan kesalahan, berpakaian seperti kita, dan memiliki profesi sehari-hari yang tidak terduga. Perbedaan utama adalah mereka terjaga dari penyakit batin dan selalu menjaga adab kepada Allah dalam setiap tindakan.
Karena sulitnya menentukan siapa wali Allah, kita sebaiknya berlaku husnuzzhan (berbaik sangka) kepada setiap orang. Dengan menghormati para kekasih Allah, semoga kita dapat memperoleh kelimpahan rahmat-Nya. Wallahu a‘lam.