Dalam sebuah wawancara di program Shihab & Shihab, Prof. Quraish Shihab menyampaikan pandangannya mengenai perayaan Maulid Nabi. Beliau berpendapat bahwa Maulid Nabi merupakan momen penting untuk mengenang dan merenungkan kembali ajaran-ajaran Rasulullah (SAW). Selain itu, Maulid Nabi juga dapat berfungsi sebagai sarana untuk mempererat tali persaudaraan antar umat Islam.
Lebih jauh, dalam video berjudul “Jangan Kotori Maulid Rasulullah (SAW) dengan Politik,” Prof. Quraish Shihab mengungkapkan keprihatinannya terhadap fenomena di mana perayaan Maulid Nabi sering kali dikotori oleh politik. Menurutnya, Maulid Nabi seharusnya menjadi kesempatan untuk mengenang dan meneladani sosok Nabi Muhammad (SAW), bukan untuk mempolitisasi agama. Beliau menekankan bahwa peringatan Maulid Nabi seharusnya tidak menimbulkan perpecahan di antara umat Islam. Jika peringatan tersebut malah memicu perselisihan, maka momen tersebut akan sia-sia.
Pakar tafsir ini juga mengkhawatirkan potensi perpecahan yang dapat terjadi dalam perayaan Maulid Nabi akibat perbedaan pandangan politik. Misalnya, jika ada penceramah yang mendukung salah satu kelompok politik tertentu, hal ini dapat menyebabkan ketegangan di kalangan umat Islam yang memiliki pandangan politik berbeda. Oleh karena itu, beliau menyarankan agar masalah politik praktis tidak dibahas dalam acara Maulid Nabi. “Biarlah persoalan-persoalan politik dan perbedaan-perbedaan itu tidak diuraikan di forum Maulid Nabi. Jangan diuraikan di masjid, karena itu bisa menimbulkan kesalahpahaman,” tutur beliau.
Sebagai alternatif, masih banyak hal lain yang dapat dibahas untuk mengenal Rasulullah (SAW) dan mengambil pelajaran dari beliau. Misalnya, pembicara dapat fokus pada akhlak Rasulullah (SAW), perjuangan beliau dalam menyebarkan Islam, atau pesan-pesan beliau untuk umat Islam. Safiur Rahman Mubarakfuri dalam kitab Ar-Rahiq al-Makhtum menggambarkan akhlak Rasulullah (SAW) sebagai sempurna dan tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Setiap orang yang bertemu dengan Nabi pasti merasakan penghormatan mendalam terhadap beliau.
Rasulullah (SAW) dikenal sebagai sosok yang dihormati dan dikagumi oleh semua orang, baik kawan maupun lawan. Sebuah ungkapan dari Umm Ma’bad al-Khaza’iyah menggambarkan penampilan serta akhlak Nabi yang mulia. Ia berkata tentang Nabi, “Beliau memiliki wajah bersih dan akhlak yang baik, tidak sombong dengan keagungannya.”
Dalam perjalanan dakwahnya, Rasulullah (SAW) sering kali menghadapi perlakuan buruk dari kaum kafir Quraisy. Meskipun mengalami penghinaan dan penganiayaan, beliau tidak pernah membalas dendam. Sebaliknya, beliau selalu memilih untuk memaafkan dan mendoakan mereka yang menyakitinya. Setelah perang Badar, ketika beliau memiliki kesempatan untuk membalas kaum musyrikin, Rasulullah (SAW) justru memberikan pilihan untuk bebas atau menjadi tawanan dengan membayar tebusan.
Contoh ini menunjukkan akhlak mulia dan perilaku terpuji Rasulullah (SAW), yang menarik minat orang lain untuk mengenal Islam. Islam mengajarkan kepada kita untuk bersikap adil dan bijaksana dalam segala hal, termasuk dalam berdakwah. Kita harus mengajak orang lain kepada Islam dengan cara yang santun dan penuh kasih sayang.
Selain itu, Prof. Quraish Shihab juga menyoroti akhlak Nabi dalam membangun rumah tangga. Contohnya adalah hubungan antara Rasulullah (SAW) dan Aisyah (RA). Keduanya membangun rumah tangga dengan saling menghormati dan penuh kasih sayang. Dalam kehidupan sehari-hari, Nabi Muhammad (SAW) selalu memperlihatkan akhlak mulia, baik dalam perkataan maupun tindakan.
Rasulullah (SAW) sangat menyayangi Aisyah (RA), dan Aisyah (RA) juga sangat mencintai beliau. Hal ini terlihat dari banyaknya hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah (RA) tentang kehidupan pribadi Rasulullah (SAW). Beliau selalu menghormati Aisyah (RA), tidak pernah berkata kasar, dan selalu mendengarkan pendapatnya. Prof. Quraish Shihab menambahkan bahwa Nabi sangat mesra dengan istrinya Aisyah, bahkan minum dari bekas bibirnya di gelas.
Perayaan Maulid Nabi seharusnya menjadi momen untuk memperkuat iman dan mengedepankan nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh Rasulullah (SAW). Dengan demikian, kita dapat mengambil hikmah dari kehidupan beliau dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari tanpa melibatkan politik yang dapat memecah belah umat.