Kesuksesan adalah dambaan setiap orang, namun maknanya sering kali sangat relatif. Beberapa kalangan santri mengartikan kesuksesan sebagai lulus dari pesantren atau madrasah, mulai dari jenjang ibtidaiyah hingga aliyah, serta mendapatkan sertifikat sebagai tanda kelulusan. Ada pula yang menganggap kesuksesan terletak pada harta yang melimpah, jabatan tinggi, atau popularitas. Namun, pandangan ini tidak sepenuhnya benar dan tidak dapat diterapkan secara universal, karena setiap individu memiliki konteks dan kemampuan yang berbeda.
Dalam Al-Qur’an, terdapat beberapa tanda kesuksesan yang dapat dijadikan pedoman. Dalam Surat Al-Mu’minun, Allah berfirman: “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman; (1) yaitu orang yang khusyuk dalam shalatnya; (2) orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna; (3) orang yang menunaikan zakat; (4) dan orang yang memelihara kemaluannya” (QS Al-Mu’minun: 1-5). Ayat ini menunjukkan bahwa kesuksesan dalam Islam tidak diukur dari materi, melainkan dari karakter dan amal ibadah yang dilakukan.
Imam Syekh Wahbah az-Zuhaili memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai karakter-karakter tersebut. Pertama, mukmin adalah orang yang membenarkan Allah dan apa yang diturunkan kepada rasul-Nya. Kedua, orang yang khusyuk merasa rendah di hadapan Allah. Ketiga, menjauhi hal yang tidak berguna berarti meninggalkan setiap hal yang tidak memiliki nilai kebaikan. Keempat, menunaikan zakat adalah bagian dari membersihkan harta. Kelima, menjaga kemaluan dari perbuatan yang haram. Keenam, memelihara amanat dan janji. Ketujuh, menjaga shalat dengan konsisten.
Dalam konteks hadits, Rasulullah (SAW) juga memberikan pandangan tentang kesuksesan. Beliau bersabda, “Bumi yang disucikan, tidak bisa mensucikan seseorang, dan yang bisa mensucikan seseorang hanya amal (saleh)nya” (HR Abu Darda). Hadits ini mengingatkan kita bahwa tempat tidak menentukan kesuksesan; yang terpenting adalah usaha dan amal yang kita lakukan.
Dengan demikian, kesuksesan tidak tergantung pada tempat atau kondisi sosial, tetapi lebih pada upaya dan niat yang tulus dalam beramal. Keyakinan bahwa kesuksesan hanya berpihak pada tempat tertentu harus dihilangkan. Di mana pun kita berada, dengan usaha yang sungguh-sungguh, kita dapat meraih kesuksesan yang sejati. Wallahu a’lam bis shawab.