Dalam diskusi seputar poligami, seringkali muncul perdebatan mengenai apakah poligami merupakan perintah agama dalam Islam. Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa praktik poligami didukung oleh ajaran Islam. Namun, apakah pandangan tersebut benar adanya?

Hal yang perlu dipahami adalah bahwa Islam sejatinya tidak memerintahkan poligami. Tidak ada kewajiban atau anjuran dalam Islam untuk melakukan poligami. Kesepakatan ulama (ijma’) menegaskan bahwa poligami bukanlah suatu yang diwajibkan.

Ayat dalam Surat An-Nisa ayat 3 sering dijadikan argumen untuk mendukung poligami. Namun, pemahaman yang lebih mendalam menunjukkan bahwa ayat tersebut sebenarnya mengizinkan poligami sebagai pengecualian, bukan sebagai perintah. Poligami diperbolehkan dalam kondisi darurat dan dengan alasan-alasan tertentu.

Syekh Wahbah Az-Zuhayli bahkan berpendapat bahwa monogami adalah bangunan ideal dalam rumah tangga Muslim, sementara poligami merupakan pengecualian yang harus dilakukan hanya dalam keadaan darurat.

Dalam konteks sejarah sosial masyarakat Arab pada masa itu, poligami dipahami sebagai batasan terhadap jumlah istri yang sebelumnya tidak terbatas. Islam mengenalkan batasan maksimal empat istri sebagai upaya pengendalian.

Jadi, meskipun Surat An-Nisa ayat 3 mengizinkan poligami, hal tersebut tidak dapat dijadikan dalil sebagai perintah untuk melakukannya. Poligami seharusnya dipahami sebagai pengecualian yang harus dilakukan dengan pertimbangan matang dan dalam kondisi yang benar-benar mendesak.

Kesimpulannya, poligami bukanlah sesuatu yang diwajibkan dalam Islam. Lebih dari itu, poligami harus dipahami sebagai pengecualian yang harus dilakukan dengan penuh pertimbangan dan dalam kondisi yang sangat mendesak.

Semoga pembahasan singkat ini dapat memberikan pemahaman yang lebih jelas mengenai posisi poligami dalam Islam. Kritik dan saran selalu kami terima dengan tangan terbuka.

Wallahu a’lam bish-shawab.