Bertawasul merupakan salah satu praktik spiritual dalam Islam yang sering kali membingungkan bagi sebagian umat. Konsep ini berkaitan erat dengan upaya mendekatkan diri kepada Allah melalui perantara, baik itu berupa amal saleh yang dilakukan atau memohon doa kepada orang-orang yang dianggap saleh di hadapan Allah.
Menurut para ulama, tawasul dengan orang-orang mulya seperti Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya dapat dilakukan dalam tiga macam cara. Pertama, memohon kepada Allah Taala dengan perantara syafaat mereka, seperti contoh ketika seseorang bertawasul dengan mengatakan, “Ya Allah, saya memohon kepada-Mu dengan Nabi-Mu.” Kedua, meminta kepada orang yang dibuat tawasul untuk mendoakan kepada Allah dalam memenuhi hajatnya. Ketiga, meminta hajatnya kepada orang yang dibuat tawasul dengan keyakinan bahwa Allah-lah yang memiliki kuasa untuk mengabulkan permintaan tersebut.
Praktik tawasul ini sebenarnya mirip dengan upaya yang dilakukan orang sakit untuk mendapatkan kesembuhan. Mereka berikhtiar dengan melakukan segala cara yang diperlukan sambil tetap meyakini bahwa Allah-lah yang memiliki kuasa penuh dalam segala hal.
Dalam konteks tawasul, meminta doa kepada orang yang sudah meninggal juga dianggap sebagai bagian dari ikhtiar kita, karena yang mengabulkan permintaan tersebut tetaplah Allah. Tidak ada perbedaan antara meminta doa kepada orang yang masih hidup atau yang sudah meninggal, sebagaimana contoh yang dicontohkan oleh para sahabat.
Dengan pemahaman yang benar dan keyakinan yang kuat, praktik bertawasul dapat menjadi salah satu upaya ikhtiar bagi umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah. Semoga tulisan ini dapat menghapus keraguan dan menambah pemahaman kita semua mengenai konsep dan praktik spiritual dalam Islam. Semoga Allah senantiasa membimbing langkah-langkah kita menuju jalan-Nya. Amin.