Dalam ajaran Islam, ibadah haji merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh umat Muslim yang mampu secara finansial dan fisik. Namun, keinginan untuk melaksanakan ibadah haji seringkali bertabrakan dengan kewajiban lain yang tidak kalah penting, seperti utang yang harus dilunasi.

Rasulullah SAW sendiri mengingatkan umatnya bahwa memiliki bekal pergi dan pulang adalah syarat utama sebelum melaksanakan ibadah haji. Imam An-Nawawi dalam karyanya menjelaskan bahwa bekal tersebut harus mencakup biaya perjalanan serta kebutuhan untuk membayar utang, baik yang harus segera dilunasi maupun yang bisa diangsur.

Pertanyaan mendasar muncul: apakah lebih bijak untuk melunasi utang terlebih dahulu sebelum melaksanakan ibadah haji, ataukah memilih untuk menunda pelunasan utang demi mewujudkan keinginan untuk berhaji? Pandangan yang kuat secara syar’i menekankan pentingnya melunasi utang sebelum berhaji, meskipun pembayaran utang bisa ditunda.

Dalam konteks ini, utang dianggap sebagai hak yang harus dipenuhi dengan segera. Hal ini menunjukkan bahwa prioritas utama adalah menyelesaikan kewajiban finansial sebelum melaksanakan ibadah haji. Meskipun ibadah haji adalah hal mulia dan penting, namun tanggung jawab finansial kepada sesama harus tetap diutamakan.

Dengan demikian, sebagai umat Islam yang bertanggung jawab, melunasi utang sebelum berhaji adalah pilihan yang bijak dan sesuai dengan ajaran agama. Dengan menjaga keseimbangan antara kewajiban finansial dan spiritual, kita dapat melaksanakan ibadah haji dengan hati yang tentram dan pikiran yang tenteram.

Semoga tulisan ini dapat memberikan pemahaman yang bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran selalu kami terima dengan tangan terbuka.

Wallahul muwaffiq ila aqwathih thariq. Wassalamu ’alaikum wr. wb.