- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Pandangan Agama terhadap Kedekatan Ulama dengan Kekuasaan

Google Search Widget

Dalam agama, perdekatannya ulama dengan penguasa seringkali menjadi topik yang hangat diperbincangkan. Ada pandangan yang menyebut ulama yang mendekat dengan penguasa sebagai ulama su’ atau ulama munafik yang tidak pantas dijadikan teladan. Namun, bagaimana sebenarnya pandangan agama terkait hal ini?

Ulama memiliki tanggung jawab besar untuk membawa kemaslahatan bagi masyarakat, sebagaimana amanah yang mereka emban dari para rasul. Namun, ketika kedekatan dengan kekuasaan terlalu erat, ada kekhawatiran bahwa peran ulama sebagai pembawa kemaslahatan akan tergerus karena menjadi bagian dari penguasa yang zalim.

Rasulullah SAW pernah bersabda, “Para ulama adalah kepercayaan para rasul atas para hamba Allah selama mereka tidak bergaul dengan para penguasa. Tetapi kalau mereka bergaul dan berbuat demikian, maka sungguh mereka telah berkhianat kepada para rasul dan para hamba Allah, maka takut dan hindarilah mereka” (HR Ad-Dailami).

Meskipun beberapa ulama hadits memandang sebagian perawi hadits ini bermasalah, namun konten atau semangat hadits tersebut dapat dijadikan kaidah etis bagi para intelektual dan pemuka agama untuk tidak terjebak dalam sistem kekuasaan tanpa kontrol, seperti pada masa lalu di mana politik memegang kendali tertinggi.

Dalam konteks ulama atau pemuka agama yang menjabat di era demokrasi seperti sekarang, masalah ini tidak bisa dipandang secara hitam-putih. Ulama yang mendekat pada pemerintahan tidak selalu dianggap sebagai ulama su’ atau munafik. Begitu pula ulama yang menjauh dari kekuasaan tidak selalu dianggap sebagai ulama yang benar dan adil.

Pada Konferensi Besar Pertama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada tahun 1960, dibahas mengenai ulama yang menjadi pejabat pemerintah. Para kiai NU pada saat itu menyatakan bahwa ulama yang menjabat sebagai pejabat pemerintah tidak termasuk dalam kategori yang disebutkan dalam hadits jika dilakukan dengan niat baik dan demi kepentingan agama.

Dari berbagai pandangan tersebut, kita disarankan untuk tidak mudah menyalahkan ulama atau pemuka agama yang dekat dengan kekuasaan. Perlu hati-hati dalam menilai dan memberikan komentar di media sosial terkait fenomena ini.

Semoga penjelasan singkat ini dapat memberikan pemahaman yang baik. Kita selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik dari pembaca. Semoga kita semua selalu mendapat petunjuk dari Allah SWT.

 

Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq. Wassalamu ‘alaikum wr. wb.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

March 16

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?