Ibadah haji merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh umat Islam yang mampu secara fisik, finansial, dan juga berada dalam kondisi aman untuk melaksanakannya. Selain dari rukun haji, terdapat enam amalan wajib haji yang harus dipenuhi menurut Mazhab Syafi’i.
Menurut Kitab Taqrib, keenam amalan wajib haji tersebut adalah:
- Ihram dari miqat pada waktu dan tempat yang telah ditentukan.
- Melontar jumrah aqabah pada hari nahar (10 Dzulhijjah) dengan 7 batu dan melontar tiga jumrah pada hari tasyriq (11, 12, 13 Dzulhijjah) dengan 7 batu.
- Cukur atau potong rambut.
Sementara itu, Sayyid Utsman bin Yahya dalam Kitab Manasik-nya juga menyebutkan enam amalan wajib haji yang harus dilakukan oleh jamaah haji. Keenam amalan tersebut meliputi memulai ihram dari miqat, bermalam di Mudzdalifah malam hari raya, bermalam di Mina pada malam-malam tasyriq, melontar jumrah al-aqabah pada hari raya, melontar jumrah tiga-tiganya pada hari tasyriq di Mina, dan menjauhkan yang haram.
Wajib haji memiliki konsekuensi hukum yang berbeda dengan rukun haji. Rukun haji menentukan sah tidaknya ibadah haji, sedangkan wajib haji menentukan dosa bagi orang yang meninggalkannya tanpa uzur. Orang yang meninggalkan wajib haji harus membayar dam, namun ibadah hajinya tetap sah.
Dalam menyelesaikan rangkaian manasik haji, jamaah harus memastikan untuk melaksanakan keenam amalan wajib haji tersebut dengan sungguh-sungguh dan penuh keikhlasan. Semoga Allah memberikan kemudahan dan keberkahan dalam melaksanakan ibadah haji.